Peringati HUT RI, Budayawan se-Kota Bogor Gelar Tawasulan Akbar

Bentuk rasa syukur dalam meraih kemerdekaan, diperingati dengan berbagai cara. Jumat malam (16/8/2024) kemarin budayawan Se-Kota Bogor menggelar tawasulan akbar dalam rangka mengenang proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia ke-79 di Museum Pakwan Padjajaran, Batu Tulis Bogor Selatan.

Menurut Ketua umum Kandaga Urang Sunda, R. Gugum Gumelar, perjuangan dan pengorbanan para pahlawan harus kita hargai, karena merekalah yang telah membawa bangsa Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945 sehingga generasi penerus bisa menikmati kehidupan bebas merdeka.

“Ini harus kita kenang dengan mengucapkan syukur pada Allah SWT dan berterimakasih pada arwah para pahlawan melalui doa bersama,” kata Gugum.

Selain tawasulan yang dipandu Ki Sujaih, digelar pula aktifitas prosesi babakti Ka Lemah Cai, penampilan kawih Sunda dengan iringan kacapi suling, sajian seni tarawangsa dan teatrikalisasi puisi oleh anak-anak usia TK dan SD yang tergabung dalam Teater Bocah Putra Bangsa.

Menurut Gugum, dalam teaktrikal tersebut diilustrasikan kondisi kehidupan urang Sunda Kiwari yang mulai kehilangan jati diri, kehilangan orientasi hidup, buta sejarah, gagap budaya dan terlunta-lunta tanpa ikatan kebersamaan dan kesadaran yang dalam. “Urang teh Saha”, “urang teh rek kamana”, “diri teu wawuh ka jatina, raga teu apal purwadaksina”, kata-kata pertanyaan dilontarkan anak-anak tersebut yang berjalan gontai dan tertatih.

“Hirup ukur disetir ku batur, sakadar jongos bangsa deungeun,” Dalam kegamangan dan tak mendapat jawaban, akhirnya serentak mereka berkata, ” jadi urang teh Saha?” Lalu tersungkur dalam tangis.

Tiba-tiba masuk ke arena panggung sesosok perempuan tua yang berucap, “Sunda duh sunda//Ilang musnah kertaning bumi//Sunda duh sunda//Perlaya di buana tanpa daksa//Sunda duh sunda//Tinggal raga tanpa nyawa…”

Pada puncak pementasan muncul sosok lelaki membacakan narasi yang menyampaikan bahwa keadaan urang Sunda bisa kembali meraih kemajuan dengan catatan terbangun kesadaran bahwa sebagai salah satu suku bangsa besar, Sunda harus kembali menggali, mengenali dan mengkaji warisan nilai-nilai budaya berharga dari para Karuhun, sejarah peradaban besarnya, serta membangun kebersamaan untuk menyatukan visi kasundaan yang mampu bertahan dalam gelombang kehidupan yang semakin tidak memanusiakan, “Dinu Kiwari Ngancik Nu Bihari Seja Ayeuna Sampeureun Jaga,” ucap sosok tersebut yang kemudian disusul dengan kalimat, “Pakena Gawe Rahayu, Pakeun Jaya Dina Buana.”

Sementara itu menurut Heri Cokro sebagai pelatih Teater Bocah yang juga berperan sebagai pembaca narasi tersebut mengatakan, rangkaian kalimat masyhur yang dikenali urang Sunda sebagai kearifan yang harus dipertahankan.

“Hal ini harus menjadi sebuah kesadaran tentang pentingnya menghargai warisan leluhur untuk menjadi kekuatan pembangun di saat ini agar mampu meninggalkan kebaikan di masa mendatang, serta kesadaran untuk selalu berbuat kebajikan agar mampu meraih keselamatan dan kejayaan,” ungkap Cokro bersemangat.

Pementasan Sunda Wangsa Urang ini dimainkan anak-anak Kampung Pasirangin, Desa Cipicung, Kecamatan Cijeruk Kabupaten Bogor yang bersekolah di SDN Cipicung 1 dan SDIT Birru Wataqwa Pamoyanan, Bogor Selatan, Kota Bogor. Narasi puisi dan sutradara oleh Heri Cokro serta Fitriani, Guru TK Plus Putra Bangsa.

Ketua panitia kegiatan, Achmad Gaos mengaku bangga dan gembira menyaksikan teatrikal anak-anak  sebagai upaya ‘nanjeurkeun’ budaya Sunda melalui berbagai bentuk ekspresi kesenian apalagi yang dimainkan generasi muda nonoman Sunda.

“Meskipun usianya masih anak-anak, tapi mereka berani tampil dengan penuh penjiwaan, ini sesuatu yang positif dalam upaya kita membina generasi muda, Kandaga Urang Sunda tentu apresiatif danbakan selalu menyediakan ruang dalam berbagai acara untuk menampilkan kreasi seni generasi baru anak bangsa khususnya budaya Sunda,” pungkasnya.

pratama

image_pdfimage_print
Share

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *