Menginspirasi, Anak Loper Koran Jadi Wisudawan Terbaik IPB

Kampanye Calon Walikota dan Wakil Walikota Bogor, Bima Arya – Dedie Rachim dilakukan secara unik selama Ramadan.
Bertajuk Badra On The Road, Bima dan Dedie mengisi waktu ngabuburitnya dengan berkeliling mengendarai mobil sembari menunggu beduk Magrib.
Badra On The Road yang dilakukan pada Minggu (20/5/2015) sore itu mengusung tema ‘Yang Muda, Yang Berprestasi’.
Sesuai dengan tema, bintang tamu yang dihadirkan yakni seorang anak muda berprestasi yang menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor (IPB), Rahmat Budiarto.
Nama Rahmat Budiarto sempat viral lantaran berhasil menjadi wisudawan terbaik IPB. Diar- sapaan akrabnya, sukses menyabet Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna 4,00.
Bukan itu saja, di tengah keterbatasan ekonomi keluarganya, Diar mendapatkan gelar magister setelah berhasil menamatkan studinya pada program Magister Agronomi dan Hortikultura.
Maklum, orangtua Diar hanyalah seorang loper koran. Pun demikian, ia mampu mengukir prestasi membanggakan.
Dalam acara Badra On The Road, Bima-Dedie yang didampingi MC Irfan Penyok dan Chika Audhika menjemput Diar di kampus IPB Baranangsiang. Diar kemudian diajak masuk ke mobil Mini Cooper untuk berkeliling Kota Bogor dan berbincang santai.
“Badra On The Road ini akan menghadirkan narasumber berbeda setiap kegiatannya. Kali ini ada Rahmat Budiarto lulusan terbaik IPB. Kami ingin menyuguhkan kampanye yang fun dan menginspirasi banyak orang. Dengan segala keterbatasan ekonomi, Diar bisa lulus dengan nilai sempurna,” ungkap Bima.
Sepanjang perjalanan Diar menceritakan kisahnya. Bima-Dedie tampak memberikan penghormatan untuk Diar karena kisahnya yang sangat menginspirasi.
Untuk dapat kuliah S2 di IPB, kata Diar, dirinya mengandalkan beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU).
Oleh karena itu, upacara wisuda magister yang dilaluinya itu merupakan gerbang awal untuk langsung melanjutkan studi doktorolanya di IPB dengan beasiswa yang sama.
Keseriusan Rahmat untuk kuliahpun dapat dibilang tak main-main. Selama menempuh pendidikan magisternya itu, Rahmat sudah mempublikasikan satu jurnal internasional, dua jurnal terindeks scopus (masih tahap reviewer) dan satu draft jurnal internasional.
“Ketertarikan saya terhadap Ilmu Hortikultura karena saya melihat produk pertanian Indonesia harusnya bisa unggul dari negara-negara lain karena sumber daya alamnya yang sangat baik. Jadi ini yang menuntut saya untuk berguru di IPB. Tentunya saya tidak salah alamat, karena ada banyak ahli hortikultura di kampus ini. IPB adalah tempat yang tepat untuk memperdalam ilmu pertanian khas Indonesia. Target saya ke depan adalah ingin menuntaskan pendidikan doktor saya di IPB, dengan target lulus sebelum bulan Agustus 2019,” ungkapnya.
Selepas menyelesaikan studi Doktoralnya, Diar mengungkapkan ingin berkontribusi bagi pertanian di Indonesia dengan konsep milenial. Dia akan membantu para petani dengan ilmu yang didapatnya di IPB.
“Saya juga ingin berkontribusi untuk Kota Bogor karena saya tertarik dengan kepemimpinan Bima Arya. Beliau sosok muda dan berprestasi. Saya ingin berbagi mengenai konsep pertanian milenial. Terlebih saat ini dia menggandeng wakilnya dari KPK yang menurut saya ini bagus. Saya senang berdiskusi dengan mereka,” ungkap Diar.
Bima Arya dalam kesempatan ini juga menyatakan dukungannya terhadap dunia pendidikan. Hal tersebut dibuktikan dengan alokasi anggaran belanja langsung bidang pendidikan selama periode kepemimpinannya yang terus meningkat.
Pada 2015 Bima Arya menganggarkan Rp115.683.786.822 untuk pendidikan. Sementara 2018 meningkat menjadi Rp190.228.747.546.
“Ada juga Bantuan Siswa untuk Miskin (BSM) yang dianggarkan Rp7,8 miliar,” ungkap Bima.
Menurut Bima, hingga saat ini masih ada warga yang putus sekolah sehingga menyebabkan banyak pengangguran.
“Pengangguran jadi masalah utama. Kenapa menanggur karena tidak punya ijasah, kenapa gak punya ijasah karena putus sekolah, kenapa putus sekolah karena tidak punya biaya. Jadi harus dibantu warga yang tidak mampu. Jadi program andalan saya dan Kang Dedie itu beasiswa bagi warga tidak mampu,” kata Bima.
Mengapa beasiswa bagi warga tidak mampu menjadi andalan, karena menurut Bima faktor pendidikan anak menjadi penting dalam sebuah pembangunan dalam keluarga. Selain itu, pendidikan anak juga dianggapnya bisa mengangkat derajat keluarga.
Sekedar informasi, sebelum terjun ke dunia politik, Bima Arya merupakan seorang dosen di Universitas Paramadina.
Sejumlah karier akademisi yang pernah dilakoni Bima Arya Sugiarto di antaranya Dosen FISIP Universitas Parahyangan (1998-2001) dan Asisten Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Universitas Paramadina (2001-2002).
Pada 2002, Bima mendapat beasiswa ke Australia untuk melanjutkan program doktoral ilmu politik di Australian National University di Canberra, Australia.
Semasa kuliah di sana, ia juga bekerja sebagai peneliti di Research School for Pasific and Asian Studies, Canberra. Setelah meraih gelar doktor pada 2006, Bima kembali ke tanah air.
***