Dinilai Peduli Budaya, Bima-Dedie Diminta Pertahankan Reog Sunda
Pementasan reog sunda bertajuk Doremi (Dogdog Reog Milenium) yang dihelat tim pemenangan pasangan calon Bima Arya-Dedie Rachim (Badra), berhasil menarik perhatian dan gelak tawa ratusan warga yang menyaksikan pentas seni tradisional tersebut di Gang Bengkel, Tajur, Bogor Timur, Kota Bogor, Sabtu (24/2/2018) sore.
Meski gerimis mengguyur Gang Bengkel, tak menyurutkan animo warga dan relawan pendukung Bala Badra untuk bersilaturahmi dan melihat secara langsung hiburan kesenian rakyat yang nyaris punah itu.
Reog Sunda sebagai kesenian khas Jawa Barat yang memadukan antara seni tari, lawak, lagu, dan cerita sosial itu dimainkan oleh empat orang. Seorang dalang mengendalikan permainan, wakilnya dan dua pelawak atau disebut bodor.
Di Kota Bogor sendiri satu-satunya grup kesenian Reog Sunda yang masih eksis adalah Mbah Karna dan kawan-kawan. Ia bersama tiga rekannya terus melestarikan budaya tanah pasundan di tengah gempuran budaya luar.
Tentu saja, penampilan sore tadi sangat ditunggu-tunggu oleh warga. Anak-anak, dewasa hingga orangtua tampak antusias menyaksikan penampilan Reog Sunda. Sejumlah pesan moral pun disampaikan para personel reog. Di mana dalam menyambut pesta demokrasi ini harus tetap menjunjung tinggi keguyuban warga yang selama ini menjadi identitas Kota Bogor.
“Saya baru pertama kali menyaksikan Reog Sunda ini secara langsung. Mungkin kalau Kang Bima Arya sering karena beliau yang menjadi pembina grup kesenian ini. Reog Sunda saya pikir bagus. Saya surprise, anak-anak sampai orangtua menikmati betul pertunjukan ini. Ke depan perlu terus diperhatikan dan distimulus supaya ada regenerasi,” ungkap calon wakil walikota Bogor Dedie A Rachim di lokasi.
Sementara itu, Iping (42) salah satu personel Reog Sunda Kota Bogor mengaku bangga bisa diajak pasangan badra untuk menggairahkan kebudayaan ini. “Kalau bukan kita, siapa lagi yang mau melestarikannya. Kesenian reog ini tidak ada regenerasinya. Lebih ke hanya orang-orang yang memiliki jiwa di kesenian ini,” ungkap Iping.
Ia menambahkan, gempuran budaya luar yang dengan mudah diterima generasi kekinian, sementara budaya tradisional makin tenggelam. “Anak-anak muda kurang interest. Salah satunya pengaruh budaya luar gampang masuk dan diterima sehingga kearifan lokal makin ditinggalkan dan dianggap kuno. Saya mengapresiasi pasangan Badra ini yang konsisten membumikan kembali Reog Sunda di setiap kesempatan,” jelas Iping.
Sebelum menyaksikan kesenian Reog Sunda, Dedie Rachim menyempatkan diri menyapa warga Tajur. Umumnya para warga mengaku sudah cukup merasakan proses pembangunan pada pemerintahan sebelumnya. “Sebetulnya hampir sama tipikal setiap warga kalau ditanya harapan. Di Tajur ini, rata-rata memang ada permintaan untuk meningkatkan kualitas drainase dan sanitasi lingkungan. Tentu pemerintah ke depannya harus memperhatikan. Artinya mereka sudah cukup layak, tapi ingin kualitas ditingkatkan. Permintaan tidak banyak,” jelas Dedie.
Ia pun meminta warga yang ditemuinya untuk selalu menjaga kondusifitas dalam pesta demokrasi ini. “Harus sama-sama melakukan proses ini dengan tenang dan damai. Jangan membenai masyrakat dengan persoalan baru. Intinya tidak boleh saling menghujat, tidak menebar kebohongan dan kebencian, tidak ada poltiisasi SARA. Walau berbeda-beda partai dan pilihan, harus rukun,” pungkasnya
reporterpratama