Hasil Riset Terbaru, Kota Bogor Bukan Kota Termacet

Lembaga penganalisis data kemacetan lalu lintas yang berbasis di Washington, Amerika Serikat, yakni INRIX, telah merilis hasil riset terbarunya. Dalam temuannya, tingkat kemacetan kota-kota di dunia mengalami kenaikan. Lantas, bagaimana dengan Kota Bogor?

Dari daftar kota termacet yang dirilis INRIX, Kota Bogor tidak masuk dalam 10 besar kota termacet di Indonesia. INRIX menyebutkan Jakarta, Bandung dan Malang menjadi tiga besar kota termacet di tanah air.

“Inrix mengumpulkan data dari 1.360 kota di 38 negara yang mencakup lebih dari 250.000 kilometer persegi jalan dan berfokus pada kemacetan di seluruh sepanjang hari dan minggu,” tulisnya.

Dalam pemaparannya, Jakarta berada di posisi teratas sebagai kota dengan jaringan jalan paling padat. Ibu kota negara ini bahkan berada pada daftar 25 kota-kota termacet di dunia yang peringkatnya naik ke posisi 12 dibandingkan 2016 pada posisi 22.

Lama waktu yang dihabiskan pengendara ketika macet mencapai 63 jam dalam setahun. Perbedaan waktunya hanya 1 jam lebih singkat dibandingkan Bangkok yang pada 2017 mengalami penurunan lama kemacetan dibandingkan 2016.

Sementara Bandung, menduduki posisi kedua kota paling macet di Indonesia setelah Jakarta. Lama waktu kemacetan di ibukota Jawa Barat ini mengalami peningkatan dibanding 2016, yaitu mencapai 46 jam dalam setahun. Secara keseluruhan, lama waktu pengendara terjebak kemacetan mencapai 22 persen. Sedangkan pada hari biasa di luar jam sibuk, persentasenya 24 persen. Pada saat jam sibuk, persentase kemacetan naik menjadi 27 persen.

Posisi ketiga kota termacet diduduki oleh Malang yang mengalahkan Surabaya yang notabene Ibu Kota di Jawa Timur. Di kota kedua terbesaar di Jawa Timur ini pengendara harus menghabiskan waktu selama 45 jam dalam setahun di tengah macet dengan persentase keseluruhan 23 persen. Pada jam sibuk, kemacetan naik menjadi 27 persen dibandingkan di luar jam sibuk yaitu 24 persen.

Diurutan keempat hingga 10 besar ditempati oleh Yogyakarta, Padang, Sungai Pinang, Semarang, Surabaya, Tarogong, dan Pontianak. Posisi kesebelas kota termacet ditempati oleh Medan, Bengkulu, Denpasar, Tasikmalaya. Sedangkan Kota Bogor bertengger diposisi ke-15.

INRIX yang bermarkas di Kirkland, Washington, Amerika Serikat, adalah perusahaan riset seputar transportasi. Sepuluh persen sahamnya dimiliki oleh produsen mobil Jerman, Porsche SE.

Dengan teknologi digital, perusahaan itu telah memantau 300 juta kendaraan, termasuk mobil, di 50 negeri. Untuk panduan perjalanan, mereka menyediakan aplikasi INRIX Traffic bagi ponsel Android maupun iOS.

Dihubungi terpisah, Analis Kebijakan Transportasi, Azas Tigor Nainggolan, sepakat dengan hasil riset INRIX. Menurutnya kemacetan di Jakarta bukan sekedar minimnya jumlah ruas jalan, melainkan kurang nyamannya layanan angkutan umum yang ada sekarang ini.

“Benar itu (hasil riset INRIX). Benar itu. Memang Jakarta makin macet dibanding kota lain. Kota-kota lain sudah ada upayanya untuk menyelesaikan kemacetan. Upaya mereka dengan memperbaiki angkutan umumnya. Sehingga orang berpindah menggunakan kendaraan pribadi ke angkutan umum. Di Jakarta kurang ada kebijakan mengendalikan penggunaan kendaraan pribadi,” jelas Tigor, Jumat (30/3/2018).

Menurutnya dengan memperbaiki sitem transportasi, khususnya angkutan umum massal, maka secara bertahap masyarakat akan mengurangi kendaraan pribadi. “Layanan Transjakarta yang ada belum maksimal. Menejemennya tidak benar,” katanya.

Ia berharap, Kota Bogor yang tengah memfokuskan penataan sistem transportasi dengan program konversi angkot, rerouting angkot dan lain sebegainya bisa segera terealisasi. “Iya saya sudah mendengar program itu cukup lama. Solusi untuk Kota Bogor membangun sistem angkutan massal yang baik, terintegrasi antramoda. Misalnya antara commuterline terintegrasi dengan busnya itu yang penting. Jadi orang terakses dengan baik,” pungkasnya.

Reporterpratama

image_pdfimage_print
Share

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *