Menu

Dark Mode
Langka! Bos OpenAI Curhat Ketakutannya Terhadap ChatGPT-5 2.000 Warga Jonggol Terdampak Kekeringan, BPBD Pasok 15 Ribu Liter Air Bersih Akankah Gencatan Senjata Thailand-Kamboja Bertahan Lama? Tsunami 1,3 Meter Hantam Jepang Usai Gempa Dahsyat Rusia Babinkum TNI Tegaskan Komitmen Jaga Konstitusi dan Profesionalisme Hukum Militer Satgas Gabungan TNI Lumpuhkan Dua Anggota OPM

Headline

Mengenal Happy Hypoxia yang Sering Dialami Pasien Covid-19

badge-check


					Mengenal Happy Hypoxia yang Sering Dialami Pasien Covid-19 Perbesar

Happy hypoxia, mungkin asing terdengar di telinga kita. Tapi tahukah happy hypoxia sering terjadi bagi penderita Covid-19 atau corona. Silent hypoxemia atau yang lebih sering disebut happy hypoxia menjadi salah satu misteri dari infeksi virus corona yang dialami pasien Covid-19.

Kondisi seperti ini sering membingungkan tenaga kesehatan yang merawat pasien. Terutama sejak pandemi virus corona saat ini menginfeksi banyak orang dengan berbagai gejala. Happy hypoxia mulai banyak dilaporkan terjadi pada sejumlah pasien Covid-19.

Lantas, apa itu happy hypoxia, apa penyebab, gejala dan cara pencegahannya?

Penyebab happy hypoxia

Seperti diberitakan Kompas.com, Jumat (4/9/2020), Ketua Umum Persatuan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Agus Dwi Susanto mengatakan secara umum infeksi di jaringan paru, yakni pneumonia akan menyebabkan gangguan sirkulasi oksigen yang masuk dalam darah.

Gangguan disfungsi atau gangguan pada vaskuler (pembuluh darah) tersebut akan membuat darah tidak teroksigensasi.
“Akibatnya, kandungan oksigen dalam darah rendah atau disebut hipoksemia,” kata Agus.


Baca juga: Alfred Riedl, Mantan Pelatih Timnas Meninggal Dunia di Austria


Menurutnya, Hypoxemia atau hipoksemia adalah berkurangnya kadar oksigen dalam darah, yang disertai gangguan, serta keluhan pada organ tubuh lainnya.

Normalnya saturasi oksigen pada orang sehat adalah 95 persen.
“Di bawah milimeter normal (kadar oksigen dalam darah) itu kalau diukur saturasi di bawah 94. Kalau diukur kadar pO2 (tekanan oksigen) di bawah 80,” ujarnya.

Ketika kadar oksigen dalam darah seseorang rendah pada kondisi normal, maka akan memengaruhi reseptor di dalam pembuluh darah.
Reseptor tersebut, lanjut Agus, akan memberikan peringatan di area saraf ke sistem saraf pusat, sehingga akan menimbulkan respons atau perasaaan sesak napas.

Agus menegaskan saat hipoksemia terjadi, tubuh akan memberi respons fisiologi secara alami. Sementara silent hypoxemia atau happy hypoxia adalah menurunnya kadar oksigen dalam darah, tetapi tidak diikuti gejala atau keluhan pada organ tubuh lainnya. Happy hypoxia yang terjadi pada pasien Covid-19, yang tidak terdeteksi, Agus menduga adanya pengaruh dari infeksi virus corona, SARS-CoV-2 itu sendiri.
“Jadi sementara ini, disinyalir virus SARS-CoV-2 ini mengganggu reseptor yang ada di dalam mekanisme saraf tersebut,” tegasnya.

Gejala happy hypoxia
Happy Hypoxia adalah penurunan kadar oksigen dalam darah yang tidak disertai dengan keluhan atau gejala yang dirasakan oleh pasien.
Kondisi ini banyak dialami dan ditemukan pada pasien dengan infeksi virus corona, bahkan tak sedikit yang menimbulkan kematian tanpa gejala.

Dalam kasus Covid-19, pasien memiliki gejala yang bervariasi, dari yang tidak bergejala, ringan, sedang sampai berat, hingga kritis. Pada pasien dengan kondisi sedang, umumnya memiliki gejala pneumonia atau radang paru.

Seperti diberitakan Kompas.com, Sabtu (5/9/2020), dalam kondisi normal, orang mengalami hipoksemia akan memiliki gejala atau keluhan sebagai berikut.
1. Sesak napas Kelelahan
2. Pusing, sakit kepala bahkan bisa pingsan
3. Napas lebih pendek (dispnea)
4. Napas lebih cepat (takipnea)
5. Batuk
6. Percepatan detak atau denyut jantung
7. Perubahan warna kulit, menjadi biru pada ujung jari dan bibir

Tubuh kehilangan keseimbangan
Namun, pada pasien yang mengalami happy hypoxia, gejala fisik maupun keluhan tidak terjadi.

Cara pencegahan happy hypoxia
Tanpa ditandai gejala apapun, happy hypoxia atau silent hypoxemia mengancam jiwa atau menyebabkan kematian pada pasien yang terinfeksi virus corona SARS-CoV-2.

Hingga saat ini, Agus mengatakan bahwa belum ada penjelasan ilmiah secara pasti dan jelas terkait happy hypoxia yang dialami pasien dengan Covid-19.

Silent hypoxemia atau happy hypoxia adalah kondisi kurangnya kadar oksigen dalam darah, tetapi tidak menimbulkan gejala atau keluhan sakit pada organ-organ tubuh.

Kasus happy hypoxia pada pasien dengan Covid-19, kata Agus, sebenarnya sudah terjadi sejak awal ditemukan infeksi virus SARS-CoV-2 di Indonesia.

Namun, Agus mengungkapkan bahwa happy hypoxia dapat dicegah dengan melakukan deteksi dini. Deteksi dini dengan pemeriksaan kadar oksigen bisa dilakukan di fasilitas layanan kesehatan, dan juga bisa dilakukan secara mandiri.

Pemeriksaan mandiri dapat dilakukan dengan alat oksimeter, yakni perangkat yang digunakan untuk mengukur kadar oksigen di dalam darah melalui ujung jari tangan.

Cara sederhana ini, kata Agus, bisa berlaku bagi orang sehat, maupun pasien Covid-19, namun tidak memiliki gejala happy hypoxia.

Sumber: Kompas.com
Editor: Adi Kurniawan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Babinkum TNI Tegaskan Komitmen Jaga Konstitusi dan Profesionalisme Hukum Militer

31 July 2025 - 01:31 WIB

Satgas Gabungan TNI Lumpuhkan Dua Anggota OPM

30 July 2025 - 23:57 WIB

Jawa Barat Terapkan Pemantauan Dana Desa Real-Time

30 July 2025 - 23:42 WIB

Asrama Haji Medan Kebakaran, 7 Mobil Damkar Padamkan Api

30 July 2025 - 14:50 WIB

Inggris Berencana Akui Negara Palestina, RI Puji Berharap Diikuti Negara Lain

30 July 2025 - 14:44 WIB

Trending on Headline