Kasus Dugaan Pelecehan Santri, Pihak Ponpes Buka Suara

Bergulirnya kasus dugaan pelecehan seksual santriwati oleh  pengurus salah satu pondok pesantren (Ponpes) di Kota Bogor menarik untuk diikuti. Setelah sebelumnya pihak kepolisian menyatakan bahwa kasus ini  telah ditetapkan tersangka, kini giliran pihak ponpes buka suara terkait kasus  tersebut.

Penasehat pesantren, Ade Hanafi, menceritakan  kronologis awal kejadian peristiwa tersebut. Salah satu tersangka, AM yang kerap dipanggil Abi berada di masjid dekat tempat wudhu, kemudian didatangi santriwati yang melaporkan kasus pelecehan ini.

“Abi lagi di masjid saat itu. Setiap santri kalau lihat Abi di masjid, di teras masjid atau di tempat wudhu suka mendatangi untuk memberikan salam. Karena biasanya murid-murid begitu. Nah kebetulan santri perempuan (inisial L) ini nyamperin, salaman juga di tempat wudhu. Dia salaman cium tangan, dipegang kepalanya sambil didoain oleh Abi,” ungkap Ade kepada wartawan pada Kamis (24/8/2023).

Ade melanjutkan setelahnya L berangkat ke sekolah yang tak jauh dari ponpes. Setelah di sekolah baru ramai disebut-sebut ada pelecehan.

“Ya, itu disebutnya rekayasa yang terjadi di tempat wudhu yang L sampaikan. Karena ketika disamperin dan bersalaman itu tidak ada orang yang melihat. Tidak ada saksi satu pun, dia seenaknya ngoceh-ngoceh. CCTV hanya di pintu masjid saja, di tempat wudhu tidak ada. Itu kejadian Abi tanggal 17 Januari 2023, pukul 08.00 WIB atau ketika para santri mau berangkat sekolah,” terang Ade.

Sementara itu, salah satu guru yang diduga melakukan pelecehan seksual, MM memaparkan, kejadian yang dituduhkan pelapor kepada dirinya adalah santri perempuan yang meminta untuk melakukan urut pita suara.

Karena dirinya merupakan ahli pengobatan tradisional gurah suara dan urut suara dengan ilmu yang turun temurun. Bahkan sertifikat juga sudah dikantongi dirinya sejak tahun 2001 silam.

“Saat itu tahun 2019 santri perempuan yang melaporkan saya itu, meminta kepada saya untuk urut suara. Lalu dilakukan pengurutan suara di rumah pribadi saya yang masih di lingkungan pesantren. Saat pengurutan disaksikan satu santri laki-laki dan satu santri perempuan, juga saat itu ada almarhumah istri saya. Pengurutan dilakukan di ruang tamu,” ungkap MM.

MM melanjutkan, pengurutan itu dilakukan menggunakan minyak pada bagian leher tanpa melepas hijab maupun pakaian. Setelah kegiatan itu, sambungnya, aktivitas ponpes berjalan seperti biasa.

“Setelah diurut tidak ada komplain ataupun apa-apa. Santri perempuan itu juga masih mondok seperti biasa, nah baru sekarang tahun 2023 ini ada pelaporan. Datang surat kepada saya dan Abi, kaget sekali kami. Padahal kronologisnya hanya begitu saja, ada saksi lebih dari satu. Saat itu ada istri saya juga, cuman istri saya saat ini sudah almarhumah atau sudah meninggal bulan Januari 2023 sekitar 8 bulan lalu,” tuturnya.

MM juga mengatakan, terapi pengurutan yang dilakukan dirinya merupakan bagian dari ikhtiar untuk membuat santri-santri suaranya bagus.

“Alhamdulillah, pesantren kami ini setiap event perlombaan MTQ sering masuk kategori juara tingkat Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat, tingkat nasional bahkan juara internasional juga pernah. Pengurutan suara salah satu ikhtiar agar bagus suaranya. Saya tidak memaksakan santri untuk diurut suara, informasi disampaikan pihak pondok pesantren. Bahwa bagi yang mau terapi urut suara atau gurah bisa ke saya,” bebernya.

“Ya, sekarang kalau memang santri tersebut tidak terima. Harusnya satu hari, satu bulan atau saat malam itu juga tahun 2019, dia melaporkan dong. Bahwa adanya pelecehan, kan ada saksi juga yang menyaksikan benar tidaknya. Selain itu santri-santri lain juga sampai saat ini masih banyak yang meminta diurut suara, baik laki-laki maupun perempuan,” tambah MM.

Diketahui, pimpinan dan pengurus ponpes berinisial AM (45) dan MM (39) ditetapkan sebagai tersangka oleh Polresta Bogor Kota dalam kasus dugaan pelecehan seksual terhadap tiga santriwati.

Kapolresta Bogor Kota, Kombes Pol Bismo Teguh Prakoso mengatakan, untuk korbannya sendiri saat ini menyebutkan berjumlah tiga orang. “Untuk korban berjumlah tiga orang,” singkat Kapolresta. Pratama

image_pdfimage_print
Share

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *