Warga Bogor tampaknya harus exstra waspada dan selektif dalam memilih makanan, buktinya Rabu (8/6/2016) dini hari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bogor berhasil menggagalkan peredaran 3.000 butir telur tak layak konsumsi di Pasar Lawang Seketeng Kota Bogor.
Keberhasilan Disperindag menggagalkan peredaran telur tak layak konsumsi tersebut berawal dari informasi warga dan pedagang yang resah dengan adanya dugaan peredaran bahan makanan berformalin. Setelah dilakukan investigasi di lapangan, ternyata bukan hanya makanan berformalin saja yang ditemukan. Petugas juga menemukan ribuan telur tak layak konsumsi alias BS.

Menurut Kabid Perdagangan Disperindag Kota Bogor Mangahit Sinaga, telur-telur tersebut dibungkus rapat terpal dan diangkut kendaraan. “Kami langsung amankan kendaraan berisi ribuan telur tak layak konsumsi tersebut beserta supir dan kondekturnya,” kata Mangahit.
Menurut keterangan sopir dan kondektur truk Udin (30) dan Zulfa (30), mereka hanya diminta pemilik untuk mengantarkan telur tersebut ke tujuan. Setelah petugas mendapatkan nomor handphone pemilik, petugas meminta pemilik truk untuk datang dengan membawa surat-surat kelengkapan yang menyatakan telur tersebut layak konsumsi. “Hingga pukul 11 siang, pemilik truk tidak juga muncul,” jelas Mangahit.
Mangahit menambahkan, dari keterangan Udin dan Zulfa diketahui telur BS tersebut akan digunakan sebagai bahan campuran bakso. ”Harga telur BS dihargai Rp1.500 per butir, sedangkan untuk harga telur yang layak berkisar di atas Rp2.000 an per butir, itu juga masih tergantung ukuran besar kecil telur. Selain untuk bahan campuran bakso, telur BS tersebut terkadang dijadikan isi cumi, isi usus dan siomay,” jelasnya.
Sementara itu Kepala Disperindag Kota Bogor Achsin Prasetyo mengatakan, ke depan akan mengawasi lebih ketat lagi. Menurutnya momentum Ramadhan sering dimanfaatkan oknum-oknum bertindak curang. “Dampak kesehatan yang bisa timbul akibat mengkonsumsi telur BS antaralain kulit gatal-gatal, demam, pusing dan mual-mual. Untuk jangka panjang bisa mengakibatkan kanker usus,” tutupnya. #pratama