Aplikasi navigasi dan lalu lintas Waze memasukkan Kota Bogor sebagai peringkat kedua kota dengan pengalaman terburuk berkendaraan di dunia setelah Cebu, Filipina, dengan indeks kepuasan angka tertinggi 10.
Waze mencatat, Bogor meraih indeks 2,1 dengan rangking 183 dari 185 kota di dunia. Indeks kemacetan 3,2, kualitas jalan 2,6 dan ekonomi sosial 1,1.

Menanggapi hal tersebut, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto mengatakan hasil survei aplikasi navigasi dan lalu lintas Waze harus diperhatikan.
“Survei Waze harus kami perhatikan. Bagaimanapun itu datanya, jangan disangkal,” kata Bima dalam rilis WhatsApp nya, Jumat (16/9/2016).
Bima pun mengakui kondisi lalu lintas Kota Bogor macet dan di beberapa ruas tambah macet. Pada 2015, Bogor berada di bawah Bandung dan Denpasar hasil survei Kementerian Perhubungan.
“Tahun ini lebih buruk lagi, ini penting untuk kerja lebih keras lagi terutama reformasi angkutan kota,” katanya.
Ia menjelaskan, survei Waze di satu lokasi Kabupaten Bogor (Ciawi, Gadog) dan 12 lokasi di Kota Bogor meliputi Jl Sholeh Iskandar, Tajur, Kebon Pedes, Jl Martadinata, Jl Dewi Sartika, Jl Sawojajar, Jl Pajajaran, Jl Lawanggintung, Jl Merdeka, Jl MA Salmun, dan Jl Mayor Oking.
Menurutnya, ada beberapa penyebab utama, yakni tidak sebandingnya pertumbuhan kendaraan sebesar 13 persen setiap tahun, sementara pertumbuhan jalan 0,1 persen per tahun. “Disiplin pengguna jalan, hambatan samping antara lain PKL dan parkir liar, jadi penyebab utama juga,” katanya.
Bima menyebutkan, Pemkot Bogor telah berupaya melakukan penanganan-penanganan dalam mengurai kemacetan di kota tersebut. Upaya terbagi jangka pendek dan jangkan menengah/panjang. Untuk jangka pendek, lanjutnya, upaya penempatan pengawas, pengaturan lalu lintas, penertiban penegakan hukum dan penertiban PKL.
“Dalam waktu dekat pembangunan jalan layang Jl Marthadinata 2017, percepatan tol BORR dan penataan perparkiran,” katanya.
Untuk jangka menengah/panjang, lanjutnya, penanganan yang dilakukan percepatan jalan R-3 untuk distribusi jalan menuju Tajur. “Fly over Kebon Pedes dan Salmun, percepat re-routing dan pengembangan koridor Transpakuan dengan konversi angkot 3:1,” katanya.
Bima menambahkan, pihaknya kekurangan petugas lapangan. Saat ini hanya 30 petugas DLLAJ untuk seluruh kota. Personel Satpol PP Kota Bogor hanya 246 sudah termasuk kepala satuan. “Kami sedang melakukan proses penambahan personel untuk 2017. Ini vital sekali,” katanya.
Hal senada diungkapkan Wakil Walikota Bogor Usmar Hariman. Menurutnya, hasil survey tergantung persepsi masyarakat menilainya.
“Kami terus melakukan perbaikan dari sisi pelayanan dengan menempatkan petugas untuk mengatur lalulintas. Namun kami akui masih ada titik kemacetan dibeberapa ruas, kami akan terus coba urai,” kata Usmar.
#pratama