Korea Utara (Korut) kembali menimbulkan kekhawatiran global setelah laporan intelijen mengungkap negara itu memiliki cadangan uranium yang sangat besar, cukup untuk memproduksi ratusan bom nuklir. Meski dihantam sanksi internasional selama bertahun-tahun, ambisi nuklir Pyongyang terbukti tidak surut, bahkan justru semakin menguat.
Menteri Unifikasi Korea Selatan (Korsel), Chung Dong Young, menyebut cadangan uranium Korut yang telah diperkaya hingga kemurnian lebih dari 90 persen 2.000 kg. Jumlah itu bisa menjadi bahan baku bagi pembuatan senjata nuklir dalam skala besar.

“Bahkan saat ini, sentrifus uranium Korea Utara masih beroperasi di empat lokasi berbeda,” ungkap Chung, seperti dikutip dari Reuters.
Dia menjelaskan, hanya 5 sampai 6 kg plutonium cukup untuk membuat satu bom nuklir. Dengan stok uranium setinggi itu, Pyongyang diperkirakan mampu menghasilkan ratusan hulu ledak nuklir, menjadikannya salah satu ancaman paling serius bagi stabilitas global.
Namun, Chung menilai sanksi internasional sudah tidak efektif. Menurut dia, satu-satunya solusi untuk menghentikan pengembangan nuklir Korut adalah keterlibatan langsung Amerika Serikat (AS).
“Masalah ini mendesak. Sanksi tidak akan mempan. Amerika Serikat, khususnya Presiden Donald Trump, harus turun tangan membuka kembali jalur negosiasi dengan Kim Jong Un,” tuturnya.
Kim Jong Un menyatakan bersedia berunding dengan AS, namun dengan syarat dialog itu tidak mengarah pada perlucutan senjata nuklir. Sikap ini memperlihatkan bahwa Korut ingin tetap diakui sebagai negara nuklir resmi.
Korut sebelumnya menonaktifkan fasilitas Yongbyon setelah perundingan antara Kim Jong Un dan Trump di periode pertama kepemimpinannya. Namun, fasilitas itu kembali dihidupkan pada 2021, menandai berlanjutnya ambisi nuklir Pyongyang.
Kini, dengan empat lokasi pengayaan yang aktif, Korut diyakini semakin dekat menuju status sebagai negara dengan kemampuan nuklir penuh.
Sumber: sindonews.com









