Andrew Tulloch, salah satu “jenius AI” sekaligus pendiri startup kecerdasan buatan (AI) Thinking Machines Lab (TML) mengundurkan diri dan memilih bergabung dengan induk Facebook, Meta.
Andrew Tulloch mengonfirmasi pengunduran dirinya pada 10 Oktober 2025 lalu, dalam sebuah pesan kepada karyawan TML. Pamitnya peneliti AI kenamaan ini juga dibenarkan oleh seorang juru bicara TML.

“Andrew memutuskan untuk menempuh jalan lain karena alasan pribadi,” kata juru bicara TML dalam sebuah pernyataan, dikutip KompasTekno dari Wall Street Journal, Selasa (14/10/2025).
Kabar ini cukup mengejutkan lantaran sebelumnya, Tulloch dikabarkan sempat menolak tawaran dari CEO Meta Mark Zuckerberg.
Pada akhir Juli 2025 lalu, Zuckerberg dikabarkan mencoba merekrut belasan talenta AI dari TML, termasuk pendirinya Mira Murati dengan kompensasi yang fantastis. Namun Murati menolaknya dengan berkata “tidak ada satu pun dari TML yang menerima tawaran itu.”
Karena itu, kabar bergabungnya Andrew Tulloch ke Meta saat ini cukup memantik perhatian.
Belum diketahui berapa kompensasi yang akan diterima Tulloch dari induk Facebook itu. Laporan WSJ sebelumnya menyebutkan bahwa Tulloch ditawari paket gaji hingga 1,5 miliar dollar AS (sekitar Rp 24,8 triliun) serta bonus tinggi, tetapi ditolak.
Belum diketahui pula apakah dia akan bergabung dengan tim Superintelligence Lab atau lainnya.
Yang jelas, beralihnya Tulloch ke Meta, menambah deret ahli AI yang bergabung ke perusahaan Mark Zuckerberg.
Beberapa talenta AI dari OpenAI, Google hingga Apple juga memutuskan pindah ke induk Facebook untuk mengerjakan proyek ambisius Meta.
Dari Facebook kembali ke Meta
Andrew Tulloch pada dasarnya bukan orang baru bagi Meta. Sebab, Tulloch sebelumnya juga bekerja di AI Research Group Facebook selama 11 tahun.
Dia mengundurkan diri dari Meta pada tahun 2023 dan bergabung dengan OpenAI. Kemudian pada awal tahun 2025 ini, Tulloch mendirikan startup Thinking Machines Lab bersama Mira Murati, mantan petinggi OpenAI, Mira Murati.
Adapun TML telah menghimpun dana sebesar dua miliar dollar AS (sekitar Rp ) dan meluncurkan produk pertamanya yaitu Tinker. Tinker merupakan API yang berfungsi untuk menyemputnakan model AI.
Namun kini Tulloch memutuskan kembali ke Meta, perusahaan tempat dia berkarir selama satu dekade.
Bajak jagoan AI Google hingga OpenAI
CEO Meta Mark Zuckerberg bisa dibilang ambisius dalam mengembangkan AI di perusahaannya. Dia mungkin tak ingin ketinggalan dari perusahaan teknologi lain macam OpenAI atau Google.
Sebagai bagian dari ambisinya itu, Zuck mengakuisisi perusahaan pelabelan data Scale AI pada Juni 2025 lalu. Dia juga merekrut CEO Scale AI, Alexandr Wang untuk ikut mengembangkan AI di Meta.
Beberapa pekan sejak itu, Zuck meresmikan unit bisnis baru bernama Meta Superintelligence Labs (MSL) yang fokus pada pengembangan model AI dasar termasuk Llama open-source hingga proyek penelitian Fundamental AI Research.
Alexandr Wang dari Scale AI tadi ditunjuk Zuck untuk memimpin MSL. Dia ditemani mantan CEO GithHub, Nat Friedman, serta sederet jagoan AI lainnya yang direkrut Meta dengan kompensasi besar, termasuk dari OpenAI, Google hingga Apple.
Berikut daftarnya serta sekilas pengalamannya di bidang kecerdasan buatan, dihimpun KompasTekno dari CNBC.
- Trapit Bansal – Salah satu pembuat model AI o-series OpenAI
- Shuchao Bi – salah satu pembuat mode suara GPT-4o dan o4-mini; Memimpin pasca-pelatihan multimodal OpenAI.
- Huiwen Chang – Salah satu pengembang kemampuan pembuatan gambar di GPT-4o; Pembuat arsitektur MaskGIT dan Muse untuk teks ke gambar di Google Research.
- Ji Lin – Berperan mengembangkan model o3/o4-mini, GPT-4o, GPT-4.1, GPT-4.5, fitur pembuatan gambar di GPT-4o.
- Joel Pobar – Menangani inference di Anthropic; Bekerja 11 tahun di Meta, menggarap HHVM, Hack, Flow, Redex, serta alat performa dan machine learning.
- Jack Rae – Memimpin tim pre-training Gemini dan pengembangan kemampuan penalaran di Gemini 2.5. Memimpin proyek LLM awal seperti Gopher dan Chinchilla di DeepMind.
- Hongyu Ren – Ikut menciptakan GPT-4o, 4o-mini, o1-mini, o3-mini, o3, dan o4-mini; Pernah memimpin tim post-training di OpenAI.
- Johan Schalkwyk – Mantan Google Fellow; kontributor awal proyek Sesame.
- Pei Sun – Fokus di post-training, pemrograman, dan pengembangan penalaran di Gemini (Google DeepMind); Membuat dua generasi terakhir model persepsi Waymo.
- Jiahui Yu – Salah satu pembuat o3, o4-mini, GPT-4.1, dan GPT-4o; Memimpin tim persepsi di OpenAI; Memimpin proyek multimodal Gemini.
- Shengjia Zhao – Salah satu pembuat ChatGPT dan pengembang GPT-4, semua model “mini”, 4.1, dan o3; Memimpin pengembangan data sintetik di OpenAI.
Selain daftar itu, Meta juga membajak jagoan-jagoan AI Apple. Salah satu talenta AI yang dilaporkan direkrut Meta dari Apple yaitu Bowen Zhang. Menurut sumber anonim yang dikutip Bloomberg, Zhang pamit dari Apple pada Jumat (25/7/2025) lalu.
Di Apple, Zhang bekerja dalam tim Apple Foundation Model (AFM). Tim ini fokus menggarap teknologi inti dari Apple Intelligence.
Kepergian Zhang menandai talenta AI keempat Apple yang direkrut Meta. Dia menyusul tiga jagoan AI Apple lainnya yang lebih dulu bergabung dengan induk Instagram.
Awalnya, jagoan AI Apple yang dilaporkan keluar pertama kali dari perusahaan yaitu Tom Gunter. Dia adalah seorang peneliti senior model AI yang hengkang pada 30 Juni 2025 lalu. Pada 17 Juli 2025, Gunter lantas dikonfirmasi menjadi bagian dari tim AI Meta.
Pentolan AI lainnya yang hengkang dari Apple sebelum Zhang yaitu Ruoming Pang. Pang bahkan punya peranan cukup penting di Apple karena menjabat sebagai kepala AFM.
Kabar bergabungnya Ruoming Pang ke Meta mencuat pada 7 Juli 2025 lalu. Konon Zuck menawarkan kompensasi sebesar 200 juta dollar AS (sekitar Rp 3,2 triliun) untuk merayu Pang mengembangkan AI di perusahaannya.
Talenta AI Apple lainnya yang bergabung ke Meta adalah Mark Lee. Dia mengundurkan diri dari Apple bersama Tom Gunter, dan mengikuti jejak bosnya, Ruoming Pang.
Sumber:kompas.com