Penyumbang tertinggi gas karbondioksida di Kota Bogor berasal dari sektor komersil terutama hotel, disusul kemudian rumah tangga dan transportasi.
Kepala Centre for Climate Risk and Opportunity Management (CCROM) Institut Pertanian Bogor (IPB) Rizaldi Boer, mengungkapkan hal itu dalam Simposium Internasional on Eco City Bogor, di IICC Botani Square, Jalan Pajajaran, Bogor Tengah, Kamis (17/3/2016).

Bahkan ia juga menegaskan, tingkat emisi karbon akan terus naik seiring dengan pertumbuhan populasi.
“Maka, guna mengantisipasi dan mengurangi emisi gas karbon khususnya dari sektor komersial dan transportasi, perlu adanya perencanaan tata kota yang cerdas yang diperkuat dengan kebijakan dari pemerintah dan pemerintah daerah,” jelas Rizal.
Perencanaan tata kota yang cerdas itu, disebutkan Rizal, seperti misalnya hemat energi, membatasi pembelian kendaraan bagi orang kaya, dan mengembangkan transportasi massal yang nyaman.
“Apalagi tingkat emisi gas karbon atau gas rumah kaca (GRK) di Kota Bogor sudah mencapai 2,6 juta ton per tahun 2014. Jika tak segera diantisipasi, dalam beberapa tahun ke depan diperkirakan akan meningkat dua kali lipat atau sekitar 5,9 juta ton,” terangnya. #Raditya