Menu

Dark Mode
Jeff Bezos Prediksi Jutaan Orang Akan Hidup di Luar Angkasa Pertunjukan Drone di China Berubah Jadi Hujan “Meteor” OpenAI “Buka Pintu” untuk Aplikasi Lain, Bisa Bikin Playlist Spotify Langsung di ChatGPT Elon Musk Cari “Gamer Sejati”, Siap Bayar Rp 3 Miliar Setahun Inikah Kandidat Kuat CEO Apple Pengganti Tim Cook? Pemkot Bogor Incar Predikat Utama Kota Layak Anak

Kabar Lifestyle

Taiwan Melawan, Tolak Permintaan AS soal Produksi Chipset

badge-check


					Salah satu pabrik Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TMSC) yang memproduksi chip dengan teknologi fabrikasi 5 nm.(Foto: TSMC) Perbesar

Salah satu pabrik Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TMSC) yang memproduksi chip dengan teknologi fabrikasi 5 nm.(Foto: TSMC)

Taiwan bertekad menolak permintaan Amerika Serikat (AS) untuk mengalihkan sebagian kapasitas produksi chip ke Negeri Paman Sam. Hal tersebut ditegaskan oleh Wakil Perdana Menteri Taiwan, Cheng Li-chiun. 

“Tim negosiasi kami tidak pernah berkomitmen untuk membagi produksi chipset 50:50 (dengan AS), jadi publik bisa tenang,” katanya setelah kembali dari AS dalam misi negosiasi tarif impor dari AS pekan ini. 

Seperti diketahui, Taiwan memiliki Taiwan Semiconductor Manufacturing Company Ltd. (TSMC), yakni perusahaan manufaktur semikonduktor terbesar di dunia. Produknya banyak digunakan di berbagai alat elektronik yang dipasarkan di seluruh dunia.

Respons Taiwan ini muncul setelah akhir pekan lalu US Secretary of Commerce (setara Menteri Perdagangan), Howard Lutnick meminta Taiwan membagi kapasitas produksi chipsetnya secara seimbang antara Taiwan dan AS.

Permintaan itu disampaikan Lutnick dalam sebuah wawancara bersama media News Nation. Dalam wawancara itu, Lutnick juga menyinggung soal “Silicon Shield”, sebuah konsep yang merujuk pada dominasi Taiwan dalam industri semikonduktor global.

Silicon Shield kerap diasosiasikan dengan posisi tawar Taiwan di kancah global untuk menjaga keamanan negaranya, utamanya terkait dinamika geopolitik dengan China. Apabila keamanan Taiwan terjaga, maka suplai chipset dunia juga akn stabil. 

Nah, Lutnick mengatakan bahwa AS membutuhkan 50 persen produksi chipset untuk melindungi Taiwan. 

“Argumen saya ke mereka (Taiwan) adalah kalau Anda punya 95 persen, bagaimana saya bisa mendapatkannya untuk melindungi Anda?,” kata Lutnick. 

“Jika kami punya setengahnya, kami punya kapasitas untuk melakukan apa yang perlu kami lakukan, jika memang perlu,” jelas Lutnick, mengimplisitkan wanti-wanti soal serangan dari China.

Hal ini bukan cuma membuat banyak pihak di Taiwan khawatir, tapi juga meningkatkan ketegangan antara Taiwan-AS. 

Di sisi lain, hubungan China-Taiwan-AS cukup kompleks. Beijing bersikukuh mengakui Taiwan sebagai bagian dari teritorinya. Sementara Taiwan menegaskan bahwa mereka berdaulat dan bukan bagian dari RRC.

Ketegangan keduanya kini sedang menghangat. Sebab, Presiden Xi Jinping sangat berambisi untuk membawa Taiwan di bawah kendali China, bahkan jika harus menggunakan “paksaan”. 

Sementara AS, meskipun tidak memiliki hubungan diplomatik resmi, memiliki kemitraan dagang yang cukup erat dengan Taiwan, 

terutama di suplai produk semikonduktor. AS juga kerap disebut sebagai pendukung Taiwan. 

Di sisi lain, hubungan AS-China beberapa tahun ini cukup panas, hingga sempat adu perang tarif.

Respon politisi Taiwan 

Belum diketahui apakah negosiasi antara AS-Taiwan itu melibatkan TSMC atau tidak. Yang pasti, penolakan bukan cuma diungkap Cheng Li-chiun.

Pejabat lain, yakni seorang legislator dari partai oposisi, Kuomintang (KMT), juga mengecam tuntutan AS. Ia menilai, apa yang diminta AS merupakan perampasan, alih-alih kerja sama. 

“Jika AS memaksakan pembagian kapasitas produksi chipset TSMC, efektivitas “Silicon Shield” akan melemah dan pengaruh keamanan strategis Taiwan akan hilang sepenuhnya,” kata Yu-Chen. 

Ia menambahkan, Taiwan memang perlu sekutu, namun bukan sekutu yang hanya peduli dengan keamanan negaranya sendiri, sementara mengabaikan Taiwan.

Taiwan menilai AS cukup banyak menuntut selama ini. Pada tahun 2020 misalnya, TSMC mengumumkan investasi sebesar 12 miliar dollar AS untuk membangun fasilitas chip di Phoenix, Arizona, AS.

Kemudian, awal tahun ini, TSMC meningkatkan total investasinya menjadi 165 miliar dengan ekspansi pabrik.

Akan tetapi, di awal tahun Trump justru menaikkan tarif resiprokal (impor) Taiwan sebesar 32 persen. Taiwan pun bergegas melakukan negosiasi dan menjadi salah satu negara awal yang bernego. Akhirnya, tarif impor bisa ditekan menjadi 20 persen.

Dinamika tersebut memicu ketakutan dan kekhawatiran masyarakat di Taiwan. Beberapa di antaranya melihat AS menggunakan tekanan politik untuk mengambil keunggulan industri utama Taipei. 

Arisa Liu, direktur Taiwan Institute of Economic Research menilai bahwa tuntutan baru AS soal pembagian kapasitas produksi chipset, lebih banyak merugikan Taiwan. 

“Investasi besar dan membagi kapasitas produksi denngan AS pasti akan melemahkan ekosistem Taiwan sendiri, merusak integritas rantai pasokannya,” jelas Liu, dikutip KompasTekno dari CNN, Sabtu (4/10/2025).

Keunggulan Taiwan dalam industri semikonduktor tidak didapatkan dengan “jentikan jari”. Kolaborasi antara konsentrasi pelaku industri dari pemasok wafer silikon hingga produsen peralatan dan penyedia layanan, menjadi kunci utama. 

Hal tersebut membentuk ekosistem rantai pasokan yang lengkap dan berfungsi secara efisien, sesuatu yang dibutuhkan dalam manufaktur semikonduktor.

Sumber: kompas.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Jeff Bezos Prediksi Jutaan Orang Akan Hidup di Luar Angkasa

7 October 2025 - 11:37 WIB

Pertunjukan Drone di China Berubah Jadi Hujan “Meteor”

7 October 2025 - 11:33 WIB

OpenAI “Buka Pintu” untuk Aplikasi Lain, Bisa Bikin Playlist Spotify Langsung di ChatGPT

7 October 2025 - 11:25 WIB

Elon Musk Cari “Gamer Sejati”, Siap Bayar Rp 3 Miliar Setahun

7 October 2025 - 11:06 WIB

Inikah Kandidat Kuat CEO Apple Pengganti Tim Cook?

7 October 2025 - 11:01 WIB

Trending on Kabar Lifestyle