Menu

Dark Mode
Tunjukkan Kualitas, Unit Kerja Kementan Raih Akreditasi Dedie Rachim Resmikan Jalan Penghubung Dua Kelurahan Pengawas Koperasi Merah Putih Diberi Pelatihan Pemkot Bogor Konsisten Tekan Inflasi Riset: Bukan Meringankan, AI Malah Tambah Jam Kerja Karyawan OpenAI Akuisisi Pengembang Software Antarmuka AI di Komputer Mac

Kabar Lifestyle

Bos ChatGPT Akui AI Bisa Picu PHK, Ini Pekerjaan yang Rentan Diganti AI

badge-check


					CEO OpenAI, Sam Altman kini mengakui bahwa kecerdasan buatan (AI) bisa menjadi salah satu penyebab manusia di-PHK.(Foto: Getty Images) Perbesar

CEO OpenAI, Sam Altman kini mengakui bahwa kecerdasan buatan (AI) bisa menjadi salah satu penyebab manusia di-PHK.(Foto: Getty Images)

CEO OpenAI, Sam Altman, mengakui bahwa kehadiran kecerdasan buatan (AI) berpotensi memicu gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah sektor. 

Menurut orang nomor satu di balik perusahaan chatbot AI populer ChatGPT tersebut, ada beberapa jenis pekerjaan yang dinilai sangat rentan digantikan oleh teknologi AI, salah satunya yaitu customer service. 

Dalam wawancaranya di acara The Tucker Carlson Show baru-baru ini, Altman menyebut bahwa pekerjaan di sektor layanan pelanggan tersebut menjadi salah satu yang paling mudah diotomatisasi AI.  

“Saya yakin bahwa banyak layanan pelanggan saat ini yang dilakukan melalui telepon atau komputer, akan membuat orang-orang tersebut kehilangan pekerjaan, dan hal itu akan lebih mudah dilakukan oleh AI,” kata Altman, seperti dikutip KompasTekno dari Tech Radar, Selasa (23/9/2025).

Selain customer service, Altman juga memperkirakan ada dua pekerjaan lain yang menurutnya bisa dengan mudah digantikan oleh AI. Pekerjaan tersebut datang dari sektor IT, seperti programmer dan developer.

Kekhawatiran Altman sendiri cukup masuk akal. Mengingat saat ini beberapa model AI populer memang sudah bisa membantu pengguna menulis, mengoreksi, bahkan mengoptimalkan kode pemrograman dengan tingkat akurasi baik. 

Resah dengan ciptaannya  

Dalam kesempatan yang sama, Altman juga mengungkapkan betapa besar kekhawatiran yang ia rasakan terkait dampak AI terhadap pekerja manusia. 

Ia mengaku dirinya sampai sering sulit tidur karena memikirkan bagaimana teknologi ciptaannya ternyata bisa benar-benar menggantikan pekerjaan manusia.  

Altman menyebut, yang membuat dirinya resah bukan hanya soal “seseorang” yang kehilangan pekerjaan, tapi juga keputusan-keputusan kecil dalam perilaku AI yang bisa berdampak langsung pada kehidupan mereka.

Sebagai CEO OpenAI, Altman mengaku bahwa dirinya mulai merasakan beratnya tanggung jawab etika dan moral atas konsekuensi yang dialami jutaan orang ketika lapangan kerja mereka digantikan oleh AI.

Kekhawatiran yang dirasakan Altman datang bukan tanpa alasan. Pasalnya, beberapa perusahaan besar kini sudah mulai mengadopsi AI untuk menggantikan tenaga kerja manusia.  

Perusahaan Salesforce, misalnya, belum lama ini dilaporkan memangkas sekitar 4.000 karyawan di divisi customer support. Kabarnya, pemangkasan ini dilakukan sebagai bentuk efisiensi karena perusahaan ingin beralih menggunakan AI ke dalam layanannya.

CEO Salesforce, Marc Benioff, bahkan berpendapat bahwa para pemimpin perusahaan di masa depan seharusnya tidak boleh terus mengelola tim manusia, tapi juga harus mampu mengatur “tim digital” yang terdiri dari agen AI. 

AI percepat transformasi pekerjaan 

Masih di wawancara yang sama, Altman sendiri memberikan sedikit penjelasan terkait fenomena pergeseran pekerjaan karena AI. Menurutnya, transformasi jenis pekerjaan yang sepenuhnya tergantikan AI, bukanlah fenomena baru. 

Dari studi yang ia pelajari, pada dasarnya ada sekitar 50 jenis pekerjaan yang dipastikan akan mengalami perubahan signifikan dalam kurun waktu 75 tahun atau lebih.

Namun dengan adanya AI, kurun waktu tersebut diperkirakan bergerak jauh lebih cepat. Sehingga, dampaknya adalah para pekerja jadi hanya memiliki sedikit waktu untuk beradaptasi dan menghadapi perubahan tersebut.

Kendati demikian, Altman menegaskan bahwa tidak semua jenis pekerjaan bisa digantikan oleh AI. 

Ia mencontohkan, profesi yang membutuhkan keterampilan empati dan interaksi manusia, seperti perawat atau tenaga kesehatan, dianggap lebih aman dari ancaman otomatisasi AI. 

Sumber: kompas.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Riset: Bukan Meringankan, AI Malah Tambah Jam Kerja Karyawan

27 October 2025 - 11:12 WIB

OpenAI Akuisisi Pengembang Software Antarmuka AI di Komputer Mac

27 October 2025 - 11:04 WIB

Penerus Galaxy S25 Ultra Pakai Exynos 2600, Samsung?

27 October 2025 - 10:59 WIB

Ilmuwan Temukan Jawaban Mengejutkan soal Panas Aneh di Matahari!

27 October 2025 - 10:55 WIB

Maxim Optimalkan Proses Verifikasi Pengemudi dengan AI

27 October 2025 - 08:06 WIB

Trending on Kabar Lifestyle