Menu

Dark Mode
Heboh Kematian Misterius Influencer Menawan Taiwan di Malaysia Sony Rilis Cloud Streaming, Main Game di PlayStation Portal Tak Perlu Konsol PS5 Lagi Bos Nvidia Yakin China Akan Kalahkan AS dalam Perlombaan AI PPATK Sebut Transaksi Judol Anjlok 57% Jadi Rp 155 Triliun Viral App Permissions Gojek Soal Contacts, Pengguna Tak Perlu Khawatir 3 Astronot China Terdampar di Antariksa, Pesawat Diduga Rusak

Kabar Lifestyle

CEO Microsoft Takut AI Bikin Perusahaannya Tutup

badge-check


					Satya Nadella. Foto: Getty Images/Stephen Brashear Perbesar

Satya Nadella. Foto: Getty Images/Stephen Brashear

CEO Microsoft Satya Nadella dihantui kemungkinan perusahaannya gagal mempertahankan relevansi di era kecerdasan buatan atau AI. Berbicara dalam rapat internal baru-baru ini, Nadella menanggapi pertanyaan karyawan tentang perubahan budaya Microsoft. Jawabannya mencerminkan kekhawatiran soal jangka panjang perusahaan.

“Beberapa bisnis terbesar yang telah kami bangun mungkin takkan relevan lagi di masa mendatang,” kata Nadella, menurut The Verge yang dikutip detikINET. Ia menunjuk Digital Equipment Corporation (DEC) sebagai contoh tentang bagaimana bahkan perusahaan teknologi dominan pun dapat cepat gulung tikar jika gagal beradaptasi dengan pergeseran dalam komputasi.

“Industri kami penuh dengan studi kasus perusahaan yang dulu hebat, kemudian menghilang. Saya terhantui oleh salah satu perusahaan bernama DEC,” jelas Nadella. DEC merupakan pemimpin pasar di awal 1970-an, tetapi kemudian disalip pesaing seperti IBM setelah gagal menerapkan perubahan penting seperti arsitektur Reduced Instruction Set Computing (RISC).

Nadella mengungkapkan hubungan pribadinya dengan DEC, di mana komputer pertamanya adalah DEC VAX dan ia pernah berharap bekerja di sana. Ia juga mengingat beberapa insinyur yang membantu membangun sistem operasi Microsoft Windows NT berasal dari laboratorium DEC yang telah ditutup.

Pernyataannya ini menanggapi seorang karyawan di Inggris yang mengatakan budaya Microsoft terasa lebih dingin, lebih kaku, dan kurang empati seperti sebelumnya. Nadella mengakui perusahaan masih perlu bekerja keras untuk membangun kembali kepercayaan dengan karyawan, terlebih dengan adanya ribuan PHK baru-baru ini.

“Saya sangat menghargai pertanyaan dan sentimen di baliknya. Saya menganggapnya sebagai umpan balik bagi saya dan semua orang di tim kepemimpinan, karena pada akhirnya, saya pikir kami dapat melakukan yang lebih baik, dan kami akan melakukan yang lebih baik lagi,” ujarnya.

Nadella berulang kali menempatkan AI sebagai inti dari strategi masa depan Microsoft, mulai dari kemitraan mendalam dengan OpenAI hingga penyematan fitur AI di Windows, Office, dan Azure. Komentarnya menggarisbawahi betapa pentingnya adaptasi bagi Microsoft jika ingin menghindari nasib perusahaan yang dulunya hebat namun gagal berkembang.

Sumber: detik.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Heboh Kematian Misterius Influencer Menawan Taiwan di Malaysia

6 November 2025 - 17:32 WIB

Sony Rilis Cloud Streaming, Main Game di PlayStation Portal Tak Perlu Konsol PS5 Lagi

6 November 2025 - 17:26 WIB

Bos Nvidia Yakin China Akan Kalahkan AS dalam Perlombaan AI

6 November 2025 - 17:19 WIB

PPATK Sebut Transaksi Judol Anjlok 57% Jadi Rp 155 Triliun

6 November 2025 - 17:10 WIB

Viral App Permissions Gojek Soal Contacts, Pengguna Tak Perlu Khawatir

6 November 2025 - 17:05 WIB

Trending on Kabar Lifestyle