Berbagai upaya terus dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor untuk menekan angka penularan Tuberkulosis (TBC) dengan mengintensifkan gerakan TOSS TBC (Temukan, Obati Sampai Sembuh). Program ini bertujuan mempercepat target nasional Eliminasi TBC 2030, dengan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap gejala, dampak, serta pentingnya pencegahan dan pengobatan penyakit ini.
TBC merupakan penyakit menular peringkat kedua paling mematikan di dunia, TBC masih menjadi tantangan besar, terutama di Jawa Barat yang mencatat kasus tertinggi di Indonesia. Bahkan berdasarkan data per 31 Januari 2025, Kota Bogor telah menemukan 9.947 kasus TBC (119%), angka yang cukup tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Tingginya angka temuan kasus belum diiringi dengan optimalnya pemeriksaan kontak serumah dan kontak erat pasien TBC.

Dinkes Kota Bogor gerak cepat dengan mengintensifkan Active Case Finding (ACF) atau penemuan kasus secara aktif di 20 titik lokasi, yang berlangsung mulai 1 hingga 12 Februari 2025.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor, dr. Sri Nowo Retno, MARS, kegiatan ACF ini menyasar kelompok berisiko tinggi, seperti kontak erat pasien TBC, Orang dengan HIV/AIDS (ODHIV), penderita diabetes, perokok, orang dengan gizi kurang, serta kontak erat penderita kusta.
Skrining aktif ini bertujuan untuk menemukan kasus TBC sedini mungkin, mengurangi keterlambatan diagnosis, serta menekan angka penularan. Kami mengajak masyarakat untuk sadar akan bahaya TBC dan segera memeriksakan diri jika mengalami gejala seperti batuk lebih dari dua minggu, demam berkepanjangan, berkeringat di malam hari, atau penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya,” ujar dr. Sri Nowo Retno.
Selain deteksi dini, kebijakan pemerintah juga menekankan pada pencegahan melalui Terapi Pencegahan Tuberkulosis (TPT) bagi mereka yang terdiagnosis Infeksi Laten TBC (ILTB).
Langkah ini sejalan dengan Strategi Nasional 2020-2024, yang mengombinasikan upaya penemuan dan pengobatan aktif dengan strategi pencegahan.