Warga di Pedukuhan Tlogolelo, Kelurahan (desa) Hargomulyo, Kapanewon Kokap, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, terisolasi kehidupannya.
Mereka tidak bisa beraktivitas seperti ke sawah atau aktivitas lainnya. Mereka terisolasi dikarenakan 18 warga di salah satu RT dalam Pedukuhan itu terkonfirmasi Covid-19.

Jalan desa dan sawah menuju wilayah lain ditutup. Akses warga Tlogolelo jadi terbatas. Ada yang tidak mudah melewati akses jalan desa. Ada pula yang segan kembali menggarap sawah.
Menurut Suparno (64), asal Tlogolelo. Ia sehat dan tinggal di RT yang tidak terjangkit Covid-19. Dia mengungkapkan, dirinya bersama sang istri rutin jalan pagi keliling desa setelah shalat subuh.
Keduanya malah dicegat warga saat melewati jalan di tengah sawah pada kawasan yang masuk wilayah Kalurahan Karangwuluh, Kapanewon Temon, saat subuh. Warga meminta mereka kembali.
Baca juga:Segini Jumlah Kecamatan Terdampak Bencana di Kab Bogor
“Mereka takut kena imbas Covid-19. Padahal bukan RT kami, asalkan Tlogolelo tidak boleh jalan-jalan. Alasannya, mereka takut tertular,” kata Suparno, Selasa (22/9/2020) sore.
Tak ingin memantik keributan, akhirnya Suparno dan istrinya balik arah. “Kami sering keliling desa saat subuh. Lewat tengah sawah ada yang jaga. Katanya, baiknya pulang saja,” katanya.
Hal serupa dialami Supriyanto (47). Ia bersama tujuh warga asal Tlogolelo sedang memanen padi di lahan seluas 800 meter di kawasan Karangwuluh.
Supriyanto mengakui didatangi warga dan beberapa perangkat desa akhir pekan lalu. Mereka kemudian diselidik demi memastikan mereka bukan warga asal RT di mana berkembang Covid-19. Warga yang mendatangi mereka meminta segera menyelesaikan pekerjaan lantas pulang dan isolasi.
“Saya bilang kalau memang gitu ya saya pulang. Tapi saya dibiarkan menyelesaikan dulu. (Alasan mereka warga) kami resah,” imbuhnya.
Penolakan antar-warga terjadi setelah salah satu RT di Tlogolelo terjangkit Covid-19. Belasan orang positif Corona pasca mengikuti arisan RT yang digelar awal September ini.
Lebih dari 70 orang menjalani swab. Hasil sementara, 18 terpapar. Bahkan, dua warga pasar terdekat di luar pedukuhan, turut terpapar.
Warga Tlogolelo sebenarnya segera me-lockdown salah satu RT. Pihak pedukuhan mengisolasi hanya pada satu RT ini saja. Sedangkan warga di RT lain bisa menjalani aktivitas seperti biasanya.
Mereka yang positif benar-benar tidak boleh keluar rumah. Mereka yang negatif maupun non reaktif rapid test masih boleh keluar masuk dengan pengawasan ketat.
RT yang diisolasi ini berisi lebih 90 jiwa. Mayoritas petani dan buruh. Pada perkembangannya, warga di luar Tlogolelo, memberi pembatasan. Beberapa warga Tlogolelo yang RT-nya tidak termasuk isolasi, mengaku mengalami pembatasan saat memasuki Karangwuluh, Temon.
Lurah Karangwuluh Purwaka mengakui ada beberapa titik penutupan akses. Ia mengatakan bahwa penutupan bersifat sementara hingga persoalan Covid-19 di Tlogolelo selesai. “Untuk memudahkan pengawasan,” kata Purwaka di kantornya.
Penutupan akses tidak dimaksudkan melarang warga lain bekerja, terutama para petani Tlogolelo yang menggarap sawah di Karangwuluh.
Pihak desa hanya melarang warga asal satu RT di Tlogolelo saja yang tidak boleh masuk dan beraktivitas di sana. RT itu adalah yang kini diisolasi.
“Hanya khusus pada warga dari RT itu. Selain RT tertular, boleh,” kata Purwaka.
Purwaka mengaku, pembatasan ini adalah untuk kebaikan semua pihak. Ia berharap dengan langkah ini maka bisa meminimalkan penularan masuk ke desanya.
“Kami ingin melindungi lebih dari 1.100 jiwa yang ada di Desa Karangwuluh. Pembatasan dilakukan untuk menjaga agar tidak terjadi penularan di desa. Jadi yang tidak boleh adalah yang satu RT itu saja. Yang RT lain boleh,” tegasnya.
Sumber: Kompas.com
Editor: Adi Kurniawan