Menu

Dark Mode
Demi Kreator, YouTube Rela Gelontorkan Dana Fantastis Hari Badak Sedunia 2025: Sejarah, Tujuan, dan Cara Merayakannya Ilmuan China observasi atmosfer gunakan “Balon Jimu 1” CEO Microsoft Takut AI Bikin Perusahaannya Tutup Robot Humanoid “Booming” di China, Howard Huang Jadi Miliarder Dunia Marak Judi Online, Pakar dan Tokoh Agama Minta Penanganan dari Berbagai Sisi

Kabar Lifestyle

Robot Humanoid “Booming” di China, Howard Huang Jadi Miliarder Dunia

badge-check


					Orbbec membuat sensor kamera 3D untuk robot Humanoid.(Foto: Orbbec) Perbesar

Orbbec membuat sensor kamera 3D untuk robot Humanoid.(Foto: Orbbec)

Ledakan tren robot humanoid di China bukan hanya memicu inovasi teknologi, tetapi juga melahirkan miliarder baru. 

Salah satu di antaranya adalah Howard Huang (45), pendiri sekaligus CEO Orbbec, yang kini masuk jajaran orang terkaya setelah harga saham perusahaannya melonjak lebih dari 315 persen dalam setahun terakhir. 

Berdasarkan data Forbes, Jumat (19/9/2025), kapitalisasi pasar Orbbec di Bursa Shanghai telah mencapai 5,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 86,25 triliun. Perusahaan ini lahir di Shenzhen pada 2013, berawal dari riset Huang di bidang pengukuran optik.

Seiring waktu, Orbbec mengembangkan teknologi kamera visi 3D yang memungkinkan mesin melihat kedalaman, layaknya mata manusia. Inovasi inilah yang kini menjadi fondasi penting bagi kebangkitan industri robot humanoid di Negeri Tirai Bambu.

Salah satu buktinya adalah Tiangong Ultra, robot humanoid buatan X-Humanoid yang menjuarai lomba setengah maraton humanoid pertama di dunia pada April lalu.

“Forbes menyebut teknologi Orbbec sebagai pemicu tumbuhnya sektor robot humanoid di China,” tulis media itu.

Pasar robot humanoid yang menggoda 

Meski robot humanoid belum sepenuhnya diproduksi massal, kinerja keuangan Orbbec menunjukkan sinyal positif. Pada semester pertama 2025, perusahaan mencatat laba bersih 30 juta yuan (sekitar 4 juta dollar AS), berbalik dari rugi 81 juta yuan di periode yang sama tahun sebelumnya. 

Pendapatan Orbbec bahkan melesat dua kali lipat menjadi 436 juta yuan, di mana 62 persen di antaranya berasal dari penjualan modul pengenalan wajah di sektor ritel dan kesehatan. 

Lonjakan tersebut turut didorong pemakaian kamera visi 3D untuk sistem pembayaran nirsentuh seperti Alipay milik Ant Group.

Ant Group, perusahaan fintech yang dibangun Jack Ma, juga tercatat sebagai pemegang saham eksternal terbesar Orbbec, dengan kepemilikan 9 persen melalui Shanghai Yunxin Venture Capital. 

Pada paruh pertama 2025, 31 persen pendapatan Orbbec berasal dari robotika, 4 persen dari sektor “lainnya”, sementara sisanya berasal dari aplikasi industri seperti pemindaian 3D untuk deteksi cacat hingga simulasi perakitan. 

Pelanggannya meliputi Pudu Robotics dan Gausium (robot pembersih), Robocare (robot perawatan pasien), serta Twinny dari Korea Selatan (robot gudang).

Perusahaan ini mengeklaim menguasai lebih dari 70 persen pangsa pasar kamera visi 3D untuk robot layanan di China. 

Belakangan, teknologi Orbbec juga dipakai para pengembang humanoid, seperti Tiangong Ultra hasil kolaborasi X-Humanoid dan Ubtech Robotics milik miliarder Zhou Jian. Robot lain yang memanfaatkan teknologi Orbbec adalah R1 “Robbyant” milik Ant Lingbo Technology yang dirilis September 2025.

Melihat besarnya potensi pasar, Orbbec berencana menghimpun dana 1,9 miliar yuan melalui penempatan saham privat. Dana ini akan dialokasikan untuk pengembangan chip, perangkat lunak, serta teknologi “AI vision” yang memungkinkan robot meniru cara pandang manusia.

Perusahaan memproyeksikan pendapatan dari robotika bisa meningkat 100 persen setiap tahun dalam tiga hingga lima tahun ke depan. 

Perjalanan Howard Huang: Dari laboratorium ke bursa 

Sebelum mendirikan Orbbec, Huang adalah peneliti pasca-doktoral di Singapore-MIT Alliance for Research and Technology. Ia meraih gelar doktor teknik dari City University of Hong Kong, gelar magister dari National University of Singapore, dan sarjana dari Peking University. 

Tonggak awal kesuksesan Orbbec terjadi pada 2017, ketika mereka mendapat kontrak dari Ant Group untuk menyematkan kamera visi 3D ke sistem pembayaran wajah Alipay. 

Setahun berikutnya, Orbbec bekerja sama dengan Oppo menghadirkan ponsel Android pertama di dunia dengan teknologi pengenalan wajah 3D, hanya tujuh bulan setelah Apple merilis fitur serupa di iPhone. 

Dalam wawancara dengan Guangdong Radio and Television pada 2023, Huang mengenang awal mula kerja sama dengan pabrikan ponsel Oppo, membuat ponsel Android pertama dengan teknologi pengenal wajah (facial recognition).

“Awalnya mereka ragu karena perusahaan kami masih kecil, tapi akhirnya mereka tak menemukan yang lebih andal. Kalau Apple bisa (Face ID), mengapa kami tidak?” ujar Huang.

Orbbec yang sempat menarik investor seperti SAIF Partners dan MediaTek Ventures itu akhirnya melantai di Star Market Shanghai pada 2022 dengan IPO senilai 1,2 miliar yuan. 

“Meraih pengaruh global dalam industri robotika adalah puncak ambisi kami,” kata Huang menutup pernyataan.

Sumber: kompas.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Demi Kreator, YouTube Rela Gelontorkan Dana Fantastis

22 September 2025 - 11:13 WIB

Ilmuan China observasi atmosfer gunakan “Balon Jimu 1”

22 September 2025 - 10:59 WIB

CEO Microsoft Takut AI Bikin Perusahaannya Tutup

22 September 2025 - 10:50 WIB

Riset OpenAI Ungkap Penyebab Chatbot Sering Halusinasi

22 September 2025 - 08:50 WIB

Maxim Indonesia Miliki Kantor Cabang di Setiap Provinsi

21 September 2025 - 20:59 WIB

Trending on Kabar Lifestyle