Menu

Dark Mode
Remaja Australia Didepak dari Medsos, PM: Baca Buku Saja Awal Revolusi AI: Server Nvidia Tak Laku, Elon Musk Beli dan Ubah Sejarah Studi OpenAI: AI Bisa Hemat Waktu Kerja Hingga Satu Jam per Hari “Stecu Stecu” Masuk Top 10 Lagu TikTok Global 2025, Satu-satunya dari Indonesia Peringati Hakordia, BPJS Ketenagakerjaan Cabang Menara Jamsostek Gelar Deklarasi Komitmen Anti Korupsi Layanan Pencuci Uang CryptoMixer Digerebek, Polisi Sita Bitcoin Rp 3 Triliun

Kabar Lifestyle

Remaja Australia Didepak dari Medsos, PM: Baca Buku Saja

badge-check


					Ilustrasi Remaja Australia foto: Getty Images/iStockphoto/ViewApart Perbesar

Ilustrasi Remaja Australia foto: Getty Images/iStockphoto/ViewApart

Larangan media sosial bagi anak dan remaja di bawah usia 16 tahun di Australia resmi berlaku. Ini adalah langkah pertama di dunia oleh sebuah negara untuk melindungi anak-anak dari kecanduan ponsel dan bahaya online.

Mulai sekarang, sejumlah platform media sosial akan menghadapi denda hingga 50 juta dolar Australia jika mereka tidak mengambil langkah-langkah untuk mencegah anak-anak dan remaja di bawah 16 tahun memiliki akun media sosial.

Dalam sebuah pesan video, Perdana Menteri Anthony Albanese mendorong anak-anak untuk memanfaatkan liburan sekolah yang akan datang sebaik-baiknya, daripada menghabiskan waktu dengan menggulir layar ponsel.

“Mulailah olahraga baru, pelajari alat musik baru, atau bacalah buku yang sudah lama tersimpan di rak buku kalian. Yang terpenting, habiskan waktu berkualitas bersama teman dan keluarga kalian secara tatap muka,” kata Albanese yang dikutip detikINET dari ABC.

Meskipun langkah ini didukung oleh banyak orang tua, sejumlah anak di kota-kota daerah mengatakan larangan ini akan memperparah isolasi sosial bagi beberapa remaja. Bahkan dua remaja menggugat aturan itu hingga ke Pengadilan Tinggi.

Para remaja berusia 15 tahun tersebut didukung oleh Digital Freedom Project, yang mengklaim bahwa undang-undang ini membatasi hak atas kebebasan komunikasi politik.

Di sisi lain, anak muda lainnya menyambut baik larangan ini. Mereka mengaku kesal dengan cara perusahaan teknologi membuat mereka terus terpaku dengan menggunakan data mereka untuk mengembangkan algoritma yang adiktif.

Terlepas dari kekhawatiran seputar penerapan kebijakan tersebut, mantan CEO Facebook Australia dan Selandia Baru, Stephen Scheeler, mengatakan ia merasa ini adalah momen sabuk pengaman bagi media sosial.

“Ada yang berpendapat regulasi yang buruk lebih parah daripada tak ada regulasi sama sekali dan kadang itu benar. Namun menurut saya dalam kasus ini, regulasi tak sempurna sekalipun masih lebih baik daripada tidak ada sama sekali atau lebih baik dari situasi sebelumnya. Mungkin ini akan berhasil, mungkin juga tidak tapi setidaknya kita coba melakukan sesuatu,” cetusnya.

Larangan media sosial di Australia menandai pertama kalinya sebuah negara berupaya menghadapi raksasa teknologi besar dan dunia kini mengamati dengan saksama bagaimana perkembangannya.

Sumber: Detik.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Awal Revolusi AI: Server Nvidia Tak Laku, Elon Musk Beli dan Ubah Sejarah

10 December 2025 - 23:51 WIB

Studi OpenAI: AI Bisa Hemat Waktu Kerja Hingga Satu Jam per Hari

10 December 2025 - 23:39 WIB

“Stecu Stecu” Masuk Top 10 Lagu TikTok Global 2025, Satu-satunya dari Indonesia

10 December 2025 - 23:28 WIB

Layanan Pencuci Uang CryptoMixer Digerebek, Polisi Sita Bitcoin Rp 3 Triliun

9 December 2025 - 07:46 WIB

Bos ChatGPT Bidik Perusahaan Roket, Mau Tantang SpaceX Elon Musk?

9 December 2025 - 07:41 WIB

Trending on Kabar Lifestyle