Menu

Dark Mode
Layanan Pencuci Uang CryptoMixer Digerebek, Polisi Sita Bitcoin Rp 3 Triliun Bos ChatGPT Bidik Perusahaan Roket, Mau Tantang SpaceX Elon Musk? Anak Magang Dipaksa Serahkan Hadiah Nvidia RTX 5060, Akhirnya Pilih Resign Fakta Menarik ‘Kiamat Medsos’ Para Remaja Australia Titanoboa: Ular 13 Meter Penguasa Bumi Setelah Zaman Dinosaurus Pengabdian Masyarakat, Mahasiswa Universitas Esa Unggul Hadir di Kelurahan Duri Kepa

Kabar Lifestyle

Layanan Pencuci Uang CryptoMixer Digerebek, Polisi Sita Bitcoin Rp 3 Triliun

badge-check


					Ilustrasi bitcoin. (Foto: UNSPLASH/TRAXER) Perbesar

Ilustrasi bitcoin. (Foto: UNSPLASH/TRAXER)

Europol, badan kepolisian Uni Eropa, mengumumkan telah menutup paksa salah satu layanan pencucian uang kripto terbesar di dark web, ChipMixer. 

Layanan pencampur kripto tersebut resmi dihentikan setelah selama bertahun-tahun melayani permintaan pencucian kripto, Bitcoin. 

Dari penggerebekan tersebut, polisi menyita tiga server, domain cryptomixer.io, dan data lebih dari 12 terabyte. Dalam operasi gabungan otoritas Jerman dan Amerika Serikat, pada akhir November lalu, polisi juga berhasil mengamankan aset kripto dalam jumlah fantastis, 1.909 keping Bitcoin.  

Jika dikonversi dengan kurs saat ini, nilai sitaan tersebut mencapai sekitar Rp 3 triliun.

Menurut rilis Europol, ChipMixer diduga telah memproses transaksi kripto senilai total 2,73 miliar Euro (sekitar Rp 53 triliun) sejak beroperasi pada 2016. 

Setelah disita, situs CryptoMixer menampilkan halaman pemberitahuan penyitaan, menggantikan antarmuka yang sebelumnya dipakai pengguna untuk mencampur transaksi.

Apa itu ChipMixer 

Sesuai namanya, ChipMixer bekerja layaknya mesin cuci digital. Layanan ini menerima setoran Bitcoin dari pengguna, lalu “mengaduknya” dengan Bitcoin milik pengguna lain. 

Setelah tercampur, uang tersebut dikirim kembali ke alamat dompet (wallet) yang berbeda dalam pecahan acak. 

Tujuannya memutus jejak digital. Dengan cara ini, uang hasil kejahatan menjadi “bersih” dan sulit dilacak oleh penegak hukum di blockchain. 

Europol menyebutkan bahwa ChipMixer menjadi favorit para pelaku kriminal kelas berat. Layanan ini digunakan secara luas untuk mencuci uang hasil penjualan narkoba di pasar gelap, perdagangan senjata, hingga penipuan kartu kredit. 

Investigasi menemukan bahwa layanan ini adalah “bank” andalan bagi kelompok hacker ransomware terkenal, seperti dikutip KompasTekno dari Gizmodo. 

Nama-nama geng hacker, seperti Zeppelin, SunCrypt, Mamba, Dharma, hingga Lockbit tercatat menggunakan ChipMixer untuk mencuci uang tebusan yang mereka peras dari korban.

Bukan kasus pertama 

Penutupan CryptoMixer tidak berdiri sendiri. Kasus-kasus serupa sudah beberapa kali terjadi dalam satu dekade terakhir. 

Bitcoin Fog, salah satu mixer pertama yang beroperasi sejak awal 2010-an, ditutup setelah operatornya, Roman Sterlingov, ditangkap di AS. Ia dijatuhi hukuman 12,5 tahun penjara pada 2024 atas dakwaan konspirasi pencucian uang.

Blender.io juga terkena sanksi Departemen Keuangan AS pada 2022 karena dituding membantu kelompok peretas Korea Utara. 

Tekanan hukum kini tidak hanya menyasar layanan terpusat. Pengembang alat privasi non-kustodial pun ikut menghadapi dakwaan. 

Dua pembuat Samourai Wallet, Keonne Rodriguez dan William Lonergan Hill, masing-masing dijatuhi hukuman lima dan empat tahun penjara. Di sisi lain, Roman Storm, salah satu pendiri Tornado Cash, masih menunggu putusan setelah sebagian dakwaannya dinyatakan sah pada Agustus 2025. 

Situasinya membuat sebagian pengguna kripto mencari alternatif lain. Monero dan Zcash sempat menjadi pilihan karena menawarkan anonimitas lebih kuat, meski posisi Monero melemah setelah dikeluarkan dari beberapa bursa besar.

Di AS, dinamika politik membuat lanskap regulasi semakin rumit. Changpeng “CZ” Zhao, mantan CEO Binance, dibebaskan pada Oktober setelah menerima grasi Presiden Trump, meski perusahaannya sebelumnya mengakui pelanggaran kontrol anti pencucian uang.

Keputusan tersebut memicu kritik, termasuk dari mantan kepala divisi grasi Departemen Kehakiman.

Rodriguez dan Hill juga mengajukan permohonan serupa, tetapi hingga kini belum ada tanggapan. Pemerintah AS sendiri baru-baru ini menandatangani GENIUS Act untuk mengatur stablecoin dan menghentikan beberapa investigasi terkait penerbitan token. 

Namun kelompok advokasi, seperti Coin Center dan Bitcoin Policy Institute menilai perlindungan bagi pengembang dompet non-kustodial masih lemah. Mereka mendorong pengesahan CLARITY Act yang sudah lolos DPR AS.

Sumber: Kompas.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Bos ChatGPT Bidik Perusahaan Roket, Mau Tantang SpaceX Elon Musk?

9 December 2025 - 07:41 WIB

Anak Magang Dipaksa Serahkan Hadiah Nvidia RTX 5060, Akhirnya Pilih Resign

9 December 2025 - 07:36 WIB

Fakta Menarik ‘Kiamat Medsos’ Para Remaja Australia

9 December 2025 - 07:19 WIB

Titanoboa: Ular 13 Meter Penguasa Bumi Setelah Zaman Dinosaurus

9 December 2025 - 07:11 WIB

Petinggi Apple Mundur, Pilih Pindah ke Meta

8 December 2025 - 13:18 WIB

Trending on Kabar Lifestyle