Jepang terancam mengalami kekurangan pasokan bir, setelah produsen minuman terbesar di negeri itu, Asahi Group menjadi korban serangan ransomware.
Ransomware adalah program jahat yang menyusup dan mengenkripsi data atau mengunci sistem, lalu pengirimnya meminta tebusan untuk memulihkan akses tersebut.

Adapun ransomware yang menyerang Asahi Group melumpuhkan sistem produksi dan distribusi perusahaan. Akibatnya, Asahi harus menonaktifkan sistem pemesanan dan pengiriman, membuat mayoritas dari 30 pabriknya di Jepang berhenti beroperasi.
Bahkan produksi bir populer Asahi Super Dry dihentikan di hampir seluruh pabrik domestik Jepang sejak awal pekan ini. Asahi mengungkapkan pasokan Asahi Super Dry, bir dengan pangsa pasar terbesar di Jepang, menipis dalam hitungan hari.
Sejumlah pengecer besar di Jepang mulai mengantisipasi rak kosong. Jaringan minimarket Lawson menyebut produk Asahi yang ada di gerai mereka bisa semakin sulit ditemukan mulai besok.
Sementara seorang eksekutif ritel besar lain mengatakan, stok Super Dry di supermarket kemungkinan habis dalam dua hingga tiga hari, sementara produk makanan Asahi akan menipis dalam sepekan.
“Ini berdampak pada semua orang. Saya rasa kita akan kehabisan produk dalam waktu dekat. Untuk Super Dry, stok di ritel hanya akan bertahan dua sampai tiga hari,” kata eksekutif tersebut dikutip KompasTekno dari Ars Technica, Jumat (3/10/2025).
Ia menambahkan bahwa pihaknya akan beralih ke merek lain seperti Kirin atau Suntory. Namun, ia mengakui banyak konsumen tetap loyal pada rasa khas Super Dry.
Asahi, yang memproduksi rata-rata 6,7 juta botol besar bir per hari, menolak berkomentar terkait kemungkinan kekosongan stok di pasaran.
Selain bir, Asahi juga memproduksi minuman ringan, permen mint, makanan bayi, hingga produk bermerek sendiri untuk berbagai ritel Jepang.
Serangan siber ini juga memaksa Asahi menunda peluncuran beberapa produk baru di pasar Jepang. Perusahaan kini mencoba sistem manual berbasis kertas, untuk memproses sebagian kecil pesanan dan distribusi.
Asahi menegaskan sejauh ini tidak ada kebocoran data pelanggan. Namun, saham perusahaan tersebut tercatat turun 2,6 persen pada Kamis (25/9/2025). Operasi Asahi di luar negeri, termasuk penjualan merek global seperti Peroni Nastro Azzurro di Eropa, disebut tidak terdampak.
Serangan ransomware di Asahi ini menambah daftar panjang serangan ransomware yang melumpuhkan perusahaan besar dunia. Sebelumnya, Jaguar Land Rover di Inggris terpaksa menghentikan produksi selama sebulan akibat serangan serupa.
Dikutip Nihon Cyber Defence (NCD), perusahaan-perusahaan Jepang kini menjadi sasaran empuk pelaku ransomware, karena pertahanan siber yang lemah.
Banyak di antaranya lebih memilih membayar uang tebusan secara diam-diam ketimbang melakukan pemulihan menyeluruh.
Data Kepolisian Nasional Jepang mencatat 222 laporan resmi serangan ransomware pada 2024, naik 12 persen dari tahun sebelumnya, meski pakar menyebut angka itu hanya sebagian kecil dari kasus sebenarnya.
Sumber: kompas.com