Menu

Dark Mode
Perang Chip Global, China Balas AS dengan Menyeret Nvidia dan Qualcomm Duduk Perkara yang Bikin Strava Tuntut Garmin Setop Jual Produknya Temuan Mengejutkan! Angin di Mars Ternyata Super Kencang Walkie-Talkie Xiaomi Bisa Dipakai Ngobrol hingga 5 Kilometer Lantik Puluhan Kepala Sekolah, Dedie Rachim Ingatkan Soal Integritas Rokok Jenis Baru Ini Pemicu Penyakit Jantung

Kabar Lifestyle

Duduk Perkara yang Bikin Strava Tuntut Garmin Setop Jual Produknya

badge-check


					Strava menuduh Garmin melanggar paten fitur andalan mereka. (Foto: therunningclub.it) Perbesar

Strava menuduh Garmin melanggar paten fitur andalan mereka. (Foto: therunningclub.it)

Dua raksasa teknologi kebugaran, Strava dan Garmin, kini tengah berseteru di ranah hukum. 

Strava, aplikasi pencatat aktivitas olahraga populer di kalangan pelari dan pesepeda, resmi menggugat Garmin ke Pengadilan Distrik Colorado, Amerika Serikat, pada 30 September 2025. 

Dalam gugatannya, Strava menuduh Garmin melanggar paten fitur andalan yang menjadi identitas utama aplikasinya.

Strava bahkan meminta pengadilan melarang penjualan sejumlah perangkat Garmin, serta menghentikan operasional platform Garmin Connect yang diduga menggunakan teknologi milik Strava tanpa izin.

Fitur Segments dan Heatmaps jadi pokok sengketa 

Duduk perkara bermula dari dua fitur utama Strava: segments dan heatmaps. 

Fitur segments memungkinkan pengguna menentukan bagian rute tertentu (jalan atau lintasan) untuk bersaing meraih waktu terbaik dalam berlari atau bersepeda.

Pengguna dapat membandingkan performanya dengan teman atau komunitas melalui papan peringkat otomatis. 

Sementara heatmaps menampilkan peta panas jalur populer berdasarkan data GPS jutaan pengguna Strava di seluruh dunia. 

Menurut Strava, kedua teknologi ini sudah dipatenkan dan tidak boleh digunakan pihak lain tanpa perjanjian resmi.

Namun, Garmin disebut telah mengadopsi konsep serupa di perangkat jam tangan Forerunner, Fenix, Epix, hingga komputer sepeda Edge, lewat layanan Garmin Connect. 

DC Rainmaker mencatat bahwa Garmin justru lebih dulu memperkenalkan peta panas pada 2013, setahun sebelum Strava mengajukan paten heatmap pada 15 Desember 2014 yang baru diterbitkan pada 2016. 

Selain dugaan pelanggaran paten, Strava juga menuding Garmin melanggar perjanjian kerja sama lama bernama Master Cooperation Agreement (MCA) tahun 2015.

Perjanjian itu awalnya memungkinkan integrasi fitur Strava Live Segments ke perangkat Garmin. Namun, seiring waktu, Strava menilai Garmin mengembangkan fitur serupa di platformnya sendiri, menciptakan “sistem tandingan” di luar izin yang disepakati. 

Situasi makin memanas setelah Garmin menerapkan aturan baru bagi mitra API per 1 Juli 2025. 

Aturan tersebut mewajibkan setiap mitra, termasuk Strava, menampilkan logo Garmin di semua aktivitas, grafik, dan konten yang diunggah ke platform Strava. Jika menolak, Garmin mengancam memutus akses API pada 1 November 2025, sehingga data dari jam tangan Garmin tak lagi bisa otomatis tersinkron ke Strava.

Data milik pengguna, bukan Garmin 

Menanggapi hal ini, Chief Product Officer Strava, Matt Salazar, menilai kebijakan Garmin sebagai langkah yang merugikan pengguna.

Menurutnya, aturan tersebut adalah bentuk iklan terselubung yang mengorbankan kenyamanan 150 juta pengguna Strava di seluruh dunia. 

Strava menegaskan sudah memberi atribusi yang layak kepada mitra datanya, tetapi menolak kewajiban menampilkan logo Garmin di setiap tampilan aktivitas.

Selain itu, Strava berpendapat data olahraga adalah milik pengguna, bukan milik perangkat atau produsen yang merekamnya. 

“Jika seseorang merekam aktivitas dengan jam tangan Garmin, mereka tetap berhak mengunggah data itu ke Strava tanpa harus menampilkan promosi Garmin,” kata Salazar dalam pernyataan yang ia unggah di situs komunitas Reddit.

Strava mengaku sudah menyampaikan keberatan resmi pada 30 Juni dan Juli 2025, namun Garmin tidak menanggapi. Karena itu, Strava akhirnya menempuh jalur hukum untuk melindungi paten sekaligus hak pengguna. 

Bagi pengguna, kabar gugatan ini menimbulkan kekhawatiran tentang masa depan integrasi data antara Garmin dan Strava, dua ekosistem yang selama ini saling terhubung erat.

Garmin merupakan salah satu mitra data terbesar Strava. Bahkan, laporan tahunan Strava menunjukkan bahwa jam tangan Garmin Forerunner 235 menjadi perangkat paling populer di kalangan pengguna globalnya.

Strava menegaskan proses hukum ini tidak akan memutus sinkronisasi data. Aktivitas olahraga dari perangkat Garmin tetap bisa diunggah ke Strava seperti biasa. 

Namun, jika pengadilan mengabulkan permintaan Strava untuk memblokir penjualan perangkat Garmin yang memakai fitur segments dan heatmaps, dampaknya bisa besar bagi lini produk Garmin seperti Edge, Forerunner, Fenix, hingga Epix.

Garmin sendiri sejauh ini belum memberikan tanggapan rinci. 

“Garmin tidak memberi komentar atas litigasi yang sedang berlangsung,” ujar juru bicara perusahaan tersebut, dikutip dari DC Rainmaker, Senin (13/10/2025).

Sumber: kompas.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Perang Chip Global, China Balas AS dengan Menyeret Nvidia dan Qualcomm

13 October 2025 - 11:53 WIB

Temuan Mengejutkan! Angin di Mars Ternyata Super Kencang

13 October 2025 - 11:26 WIB

Walkie-Talkie Xiaomi Bisa Dipakai Ngobrol hingga 5 Kilometer

13 October 2025 - 11:19 WIB

Instagram Map Mulai Tersedia di Indonesia, Bisa Berbagi Lokasi dengan Teman

12 October 2025 - 10:29 WIB

Jennie Blackpink Luncurkan Font Karya Sendiri “Zen Serif”, Ini Cara Download-nya

12 October 2025 - 10:22 WIB

Trending on Kabar Lifestyle