Sejak diperkenalkan pada 2008, Android tumbuh sebagai sistem operasi yang terbuka dan bisa digunakan banyak produsen ponsel. Hal ini membuat Android mendominasi pasar smartphone dunia, dari kelas premium hingga ponsel murah.
Namun, masalah kerap muncul pada perangkat Android dengan harga terjangkau. Performa sering kali tidak optimal, meski banyak orang mampu membelinya.

Dari fenomena ini, Google kemudian melahirkan sebuah solusi yang dikenal dengan nama Android Go.
Apa itu Android Go
Android Go resmi diumumkan di ajang Google I/O 2017 yang berlangsung di Shoreline Amphitheatre, Mountain View, Amerika Serikat.
Google menyebut sistem operasi ini sebagai versi “ringan” Android, yang dirancang agar bisa berjalan lancar di perangkat dengan RAM hanya 512 MB hingga 1 GB.
Menurut VP of Product Management Google kala itu, Sameer Samat, Android Go dimungkinkan berkat optimalisasi di tiga sektor utama: sistem operasi, aplikasi, dan Play Store.
“Kami mengoptimalkan Android agar produsen bisa menghadirkan ponsel murah dengan sistem operasi yang tetap berkualitas,” ujarnya saat peluncuran.
Android Go lahir dengan tiga tujuan utama. Pertama, menghadirkan pengalaman Android yang mulus meski di ponsel murah. Kedua, membantu pengguna lebih hemat data internet. Ketiga, menyediakan aplikasi yang ringan dan efisien dalam penggunaan memori.
Google menargetkan Android Go untuk pasar negara berkembang, yang disebut sebagai “Next Billion Users”, atau miliaran orang yang baru akan menggunakan smartphone untuk pertama kalinya.
Selain sistem operasi yang lebih ringan, Google juga merancang aplikasi khusus untuk Android Go. Misalnya, YouTube Go yang memungkinkan pengguna menonton pratinjau video sebelum diputar penuh, serta mengunduh video ketika terhubung WiFi agar bisa ditonton offline.
Dari sisi Play Store, Android Go menampilkan sorotan khusus untuk aplikasi yang hemat kuota dan ruang penyimpanan, sehingga pengguna mudah menemukan aplikasi yang sesuai.
Dengan Android Go, Google berusaha menjawab tantangan klasik ponsel murah yang identik dengan performa lambat dan boros data. Kini, pengguna di berbagai negara, termasuk Indonesia, bisa menikmati pengalaman Android lebih optimal tanpa harus membeli perangkat mahal.
Beda Android Go dengan Android biasa
Meski sama-sama berbasis Android, versi Go berbeda dengan sistem operasi Android pada ponsel umumnya.
Android Go dibuat khusus untuk perangkat kelas bawah dengan keterbatasan RAM dan memori, dikutip KompasTekno dari TechRadar, Selasa (9/9/2025).
Versi ini hanya membutuhkan kapasitas penyimpanan sekitar setengah dari Android standar, sehingga masih ada ruang cukup untuk aplikasi dan data pengguna.
Selain itu, aplikasi di Android Go merupakan versi “lite” yang lebih hemat data dan lebih cepat dibuka. Antarmuka pun disederhanakan agar ringan dijalankan, misalnya lewat fitur Quick Settings untuk memantau pemakaian data.
Sementara pada ponsel Android reguler, aplikasi biasanya hadir dalam versi penuh dengan fitur lengkap, namun membutuhkan spesifikasi perangkat yang lebih tinggi.
Sumber: kompas.com














