Dunia teknologi dipenuhi kisah perjalanan yang beragam. Sebagian tokohnya menempuh jalur akademik hingga jenjang tinggi, sementara sebagian lain memilih berhenti di tengah jalan untuk fokus pada gagasan dan proyek yang mereka yakini.
Keputusan itu tidak selalu mudah, namun bagi sejumlah sosok, langkah tersebut justru menjadi titik awal dari kesuksesan besar di industri teknologi.

Mengutip dari KompasTekno merangkum sepuluh miliarder teknologi yang pernah meninggalkan bangku kuliah, beserta perjalanan mereka dalam membangun perusahaan dan inovasi yang kini berpengaruh di seluruh dunia.
Bill Gates – Microsoft
Bill Gates pernah menempuh studi di Harvard University pada tahun 1973. Namun, dua tahun kemudian ia memutuskan untuk keluar dari kampus dan sepenuhnya fokus mengembangkan Microsoft bersama sahabatnya, Paul Allen.
Keputusan ini bukan karena kegagalan akademik, melainkan dorongan kuat untuk menindaklanjuti peluang besar di dunia komputer pribadi yang mulai berkembang saat itu.
Microsoft pada awalnya berfokus pada pengembangan perangkat lunak (software) untuk komputer pribadi. Salah satu terobosan terbesarnya adalah sistem operasi Windows, yang kemudian menjadi fondasi utama bagi komputer modern dan mengubah cara masyarakat berinteraksi dengan teknologi.
Meskipun tidak menyelesaikan pendidikannya di Harvard, Gates tetap memiliki komitmen besar terhadap dunia pendidikan. Melalui Bill & Melinda Gates Foundation, ia mendanai berbagai program pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat di seluruh dunia.
Dengan kekayaan dan pengaruhnya, Gates menunjukkan bahwa kesuksesan di dunia teknologi tidak hanya soal bisnis, tetapi juga tentang memberi dampak sosial yang berkelanjutan.
Dylan Field – Figma
Dylan Field dikenal sebagai pendiri Figma, platform kolaborasi desain berbasis cloud yang kini digunakan jutaan desainer di seluruh dunia. Sebelum mencapai kesuksesan tersebut, Field merupakan mahasiswa Brown University.
Namun, ia memutuskan untuk keluar sebelum menyelesaikan studinya demi fokus membangun Figma, keputusan yang didorong oleh peluang besar dari Thiel Fellowship, program beasiswa senilai 100.000 dolar AS yang diberikan oleh Peter Thiel kepada anak muda berbakat dengan syarat meninggalkan bangku kuliah dan mengembangkan proyek inovatif secara penuh waktu.
Langkah berani itu terbukti tepat. Figma berkembang pesat sebagai alat desain kolaboratif yang merevolusi cara tim bekerja bersama secara daring.
Setelah melantai di bursa saham (IPO), valuasi Figma mencapai miliaran dolar AS, dan kekayaan pribadi Dylan Field diperkirakan menembus 5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 83 triliun (kurs 16.628).
Evan Williams – Blogger
Evan Williams memutuskan keluar dari University of Nebraska–Lincoln untuk mengejar karier di dunia teknologi. Keputusan itu membawanya menjadi salah satu pionir dalam era awal internet.
Pada akhir 1990-an, ia ikut mendirikan Blogger, salah satu platform pertama yang mempopulerkan aktivitas menulis blog di dunia maya. Blogger kemudian diakuisisi oleh Google dan membuka jalan bagi Williams untuk berperan lebih besar dalam ekosistem digital.
Tidak berhenti di situ, Williams kemudian turut mendirikan Twitter, platform media sosial yang merevolusi cara orang berkomunikasi secara singkat dan real time. Setelah sukses besar dengan Twitter, ia mendirikan Medium, platform penerbitan yang berfokus pada tulisan berkualitas dan pengalaman membaca yang bersih.
Gabe Newell – Valve dan Steam
Gabe Newell sempat menempuh pendidikan di Harvard University pada awal 1980-an, tetapi memutuskan untuk keluar sebelum lulus. Keputusannya itu diambil setelah mendapat tawaran bekerja di Microsoft, tempat ia berkontribusi dalam pengembangan awal sistem operasi Windows.
Pengalaman selama satu dekade di perusahaan tersebut memberinya pemahaman mendalam tentang perangkat lunak dan industri komputer yang sedang tumbuh pesat kala itu.
Setelah meninggalkan Microsoft, Newell mendirikan Valve Corporation bersama Mike Harrington. Perusahaan ini kemudian melahirkan sejumlah gim legendaris seperti Half-Life dan Portal.
Namun, terobosan terbesarnya datang melalui peluncuran Steam, platform distribusi digital yang mengubah cara pemain di seluruh dunia membeli, mengunduh, dan memainkan gim.
Jan Koum – WhatsApp
Jan Koum meninggalkan San Jose State University pada tahun 1990-an setelah mendapatkan pekerjaan di Yahoo. Di perusahaan tersebut, ia bekerja sebagai engineer selama hampir satu dekade dan banyak belajar tentang sistem skala besar serta keamanan data. Pengalaman inilah yang menjadi fondasi penting bagi langkah besarnya berikutnya.
Pada tahun 2009, Koum bersama Brian Acton mendirikan WhatsApp, aplikasi pesan instan yang sederhana namun efisien. Fokus utama mereka adalah menciptakan layanan bebas iklan, cepat, dan aman, sesuatu yang saat itu belum banyak ditawarkan oleh platform lain.
Kesuksesan WhatsApp berkembang pesat secara global hingga akhirnya menarik perhatian Facebook, yang mengakuisisi perusahaan tersebut pada tahun 2014 dengan nilai sekitar 19 miliar dolar AS (setara lebih dari Rp300 triliun).
Larry Ellison – Oracle
Larry Ellison sempat menempuh pendidikan di University of Illinois dan kemudian di University of Chicago, namun ia tidak menyelesaikan studinya di kedua universitas tersebut.
Setelah meninggalkan dunia akademik, Ellison memilih menekuni karier di bidang teknologi dan perangkat lunak. Keputusan itu menjadi titik awal dari perjalanan panjang yang mengantarkannya menjadi salah satu tokoh paling berpengaruh di industri teknologi global.
Pada tahun 1977, Ellison bersama dua rekannya mendirikan Software Development Laboratories (SDL), yang kemudian berganti nama menjadi Oracle Corporation.
Perusahaan ini berfokus pada pengembangan sistem manajemen basis data (database management system) yang digunakan oleh berbagai perusahaan besar di seluruh dunia. Inovasi dan strategi agresif Oracle menjadikannya salah satu perusahaan perangkat lunak terbesar di dunia, bersaing dengan raksasa seperti Microsoft dan IBM.
Mark Zuckerberg – Facebook dan Meta
Mark Zuckerberg meninggalkan Harvard University pada tahun 2004, saat masih berada di tahun keduanya, untuk fokus mengembangkan proyek yang kala itu bernama TheFacebook.
Awalnya, platform ini hanya diperuntukkan bagi mahasiswa universitas, namun dengan cepat menyebar ke kampus lain dan akhirnya ke publik luas. Dalam waktu singkat, Facebook menjadi fenomena global yang mengubah cara manusia berinteraksi di dunia digital.
Di bawah kepemimpinan Zuckerberg, Facebook terus berekspansi dengan strategi akuisisi yang cerdas. Dua langkah paling monumental adalah pembelian Instagram dan WhatsApp, yang kini berada di bawah payung perusahaan induk bernama Meta Platforms Inc.
Transformasi ini menandai visi Zuckerberg untuk memperluas jangkauan media sosial ke ranah virtual reality (VR) dan metaverse, memperkuat posisinya sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh di era teknologi modern.
Michael Dell – Dell
Michael Dell memulai perjalanannya di dunia bisnis teknologi saat masih menjadi mahasiswa di University of Texas at Austin. Dari kamar asramanya, ia mulai merakit dan menjual komputer yang disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan.
Melihat potensi besar dari usahanya, Dell memutuskan untuk keluar dari kampus pada tahun 1984 dan sepenuhnya fokus membangun perusahaannya, yang kini dikenal sebagai Dell Technologies.
Pendekatan Dell yang unik yaitu menjual komputer langsung kepada konsumen tanpa perantara dan menjadi inovasi besar di industri komputer pribadi.
Strategi ini memungkinkan perusahaan memberikan harga lebih kompetitif dan layanan yang lebih personal. Seiring waktu, Dell Technologies berkembang menjadi salah satu produsen dan penyedia infrastruktur TI terbesar di dunia, meliputi server, penyimpanan data, hingga solusi cloud.
Steve Jobs – Apple
Steve Jobs hanya menempuh satu semester di Reed College pada tahun 1972 sebelum memutuskan untuk keluar. Meski begitu, ia tetap mengikuti beberapa kelas yang diminatinya, termasuk tipografi, yang kelak memengaruhi desain khas produk-produk Apple.
Keputusannya untuk meninggalkan jalur akademik tidak membuatnya berhenti belajar, justru di luar kelas, Jobs menemukan ruang untuk bereksperimen dan membangun visi besarnya tentang masa depan teknologi.
Bersama Steve Wozniak, Jobs mendirikan Apple Computer (kini Apple Inc.) dan memperkenalkan Apple I serta Apple II, yang menjadi pionir dalam revolusi komputer pribadi.
Di bawah kepemimpinannya, Apple juga melahirkan inovasi besar lain seperti Macintosh, iPod, iPhone, dan iPad, yang tidak hanya mengubah industri teknologi, tetapi juga budaya populer secara global.
Travis Kalanick – Uber
Travis Kalanick meninggalkan University of California, Los Angeles (UCLA) untuk fokus membangun Scour, sebuah startup layanan berbagi file peer-to-peer yang ia dirikan bersama rekan-rekannya.
Meskipun Scour akhirnya menghadapi tuntutan hukum dari industri hiburan dan harus tutup, pengalaman itu menjadi batu loncatan penting bagi Kalanick dalam memahami dunia startup dan dinamika bisnis teknologi.
Beberapa tahun kemudian, ia ikut mendirikan Uber, aplikasi transportasi daring yang mengubah cara orang bepergian di seluruh dunia. Dengan konsep sederhana namun revolusioner, Uber memungkinkan pengguna memesan kendaraan hanya melalui ponsel.
Sumber: kompas.com














