Platform video milik Google, YouTube, mengungkap telah menggelontorkan dana dalam jumlah fantastis untuk membayar kreator konten, artis, dan perusahaan media.
Sejak 2021, total bayaran yang diberikan mencapai 100 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.643 triliun (kurs Rp 16.433 per dollar AS).

Angka tersebut diumumkan dalam acara Made on YouTube yang digelar pada Selasa (16/9/2025). YouTube menjelaskan bahwa pembayaran triliunan rupiah itu berasal dari skema bagi hasil iklan yang menjadi sumber utama pendapatan kreator di platform.
Chief Product Officer YouTube, Johanna Voolich, mengatakan pencapaian ini sejalan dengan visi awal perusahaan 20 tahun lalu, yaitu membuka kesempatan bagi siapa saja untuk berkreasi dan tampil di panggung global.
“Sejak saat itu, kami telah menyaksikan para kreator membentuk budaya dan hiburan dengan cara yang tak pernah kami bayangkan sebelumnya,” kata Voolich dalam sebuah posting blog resmi.
Senada dengan Voolich, CEO YouTube Neal Mohan menegaskan bahwa YouTube kini telah berkembang lebih jauh dari sekadar platform berbagi video.
“Kami tidak hanya menciptakan platform. Kami membangun ekonomi,” ujar Mohan, dikutip KompasTekno dari Mashable, Minggu (21/9/2025).
Pendapatan lewat TV meningkat
Selain membeberkan jumlah bayaran untuk kreator, YouTube juga menyoroti peningkatan pendapatan dari perangkat televisi (TV).
Jumlah channel yang meraup lebih dari 100.000 dollar AS (sekitar Rp 1,6 miliar) lewat tayangan di TV disebut naik hingga 45 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Data ini mencerminkan bahwa konten YouTube kini semakin bersaing dengan tayangan televisi tradisional.
Profesi kreator makin diminati
Fenomena ini ikut mendorong profesi kreator semakin populer, terutama di kalangan generasi muda. Menurut laporan Mashable, jumlah lapangan kerja di sektor kreator tumbuh 7,5 kali lipat dalam beberapa tahun terakhir.
Survei juga mengungkap banyak anak muda yang menjadikan kreator sebagai cita-cita karier. Hal ini karena YouTube dinilai sebagai platform dengan jalur paling jelas untuk menghasilkan uang, mulai dari monetisasi iklan, kerja sama dengan brand, hingga jangkauan audiens lintas perangkat.
Ekosistem kreator pun berkembang menjadi sektor ekonomi baru yang serius, bukan sekadar wadah hiburan atau tren sesaat.
Tantangan iklan dan paket premium
Meski sukses menggelontorkan bayaran hingga Rp 1.643 triliun, YouTube masih menghadapi tantangan terkait iklan dan langganan berbayar.
Sejak 2024, YouTube mendapat kritik akibat penerapan pause screen ads dan penggunaan AI untuk mendeteksi iklan otomatis. Kebijakan tersebut dinilai mengganggu kenyamanan pengguna.
Di saat yang sama, YouTube juga menaikkan harga paket Premium, meskipun menawarkan opsi lain yang lebih murah, yakni Premium Lite, yang hanya memberikan akses bebas iklan tanpa fitur lengkap.
Sumber: kompas.com