Menu

Dark Mode
Semifinalis Mojang Jajaka Kota Bogor Diajak Blusukan di Pasar Gembrong Sukasari Riset OpenAI Ungkap Penyebab Chatbot Sering Halusinasi Penyelundupan 46,7 Kg Sabu Digagalkan Polda Kalteng Dunia Sedang Berubah: Indonesia Simbol Kebangkitan Poros Asia Global Ehsan Relief Indonesia dan Yayasan IDEP Selaras Alam Salurkan Donasi ke Bali 15.000 Porsi Makan Gratis Dibagikan di Monas

Kabar Lifestyle

Boreout, Ketika Rasa Bosan di Tempat Kerja Terasa Melelahkan

badge-check


					Ilustrasi lembur(Foto: Thinkstockphotos.com) Perbesar

Ilustrasi lembur(Foto: Thinkstockphotos.com)

Kalau selama ini kita familiar dengan istilah burnout, kelelahan akibat tekanan pekerjaan, ini ada fenomena baru bernama boreout justru datang dari arah sebaliknya. Alih-alih kewalahan dengan beban kerja, boreout muncul ketika seseorang merasa bosan, kurang tertantang, dan kehilangan makna dalam rutinitas kantor.  

Hasilnya? Stres, motivasi yang merosot, hingga rasa terjebak dalam pekerjaan yang seolah berjalan autopilot setiap hari.  

“Boreout adalah ketika seorang karyawan mengalami kebosanan kronis, kurangnya stimulasi, dan merasa terputus dari pekerjaan karena tugas sehari-hari mereka kurang bermakna, kurang menantang, atau kurang bervariasi,” kata Jasmine Escalera, pakar karier di MyPerfectResume.  

“Rasanya seperti hanya menjalani rutinitas dengan datang ke kantor dan melakukan apa yang diminta, tetapi merasa mentalnya kosong dan tidak terpenuhi.”

Fenomena ini kini banyak dibicarakan di kalangan profesional muda, terutama generasi milenial dan Gen Z, yang menempatkan kepuasan kerja dan purpose sebagai prioritas utama. 

Menurut psikolog Dr.Courtney DeAngelis, sebenarnya wajar kalau kita mengalami momen-momen di tempat kerja terasa kurang menarik, dan ada saat-saat di mana kita merasa kurang termotivasi.  

Namun, mereka yang sedang berada di fase boreout justru berjuang dengan kurangnya keterlibatan atau tujuan. 

“Teori saya, sebagai psikoterapis dalam praktik pribadi, adalah bahwa sebagai manusia, kita membutuhkan rasa tujuan untuk merasa terlibat dan puas secara maksimal,” kata Sonnet Daymont, terapis pernikahan dan keluarga berlisensi.

Boreout fenomena yang umum

Makin banyak pekerja yang mengalami kebosanan akhir-akhir ini, dan ada beberapa alasan berbeda untuk tren ini. 

Pertama adalah orang tidak berani meninggalkan pekerjaan mereka karena tingkat persaingan yang tinggi di pasar kerja.  

“Jika memiliki pekerjaan, orang cenderung mempertahankannya, meskipun tidak bahagia,” kata pelatih karier Emily Worden.

Kedua, deskripsi pekerjaan tidak sesuai dengan tanggung jawab pekerjaan (job desk). Selain itu juga ada kecenderungan umum ke arah apatis terhadap keadaan dunia akhir-akhir ini. 

“Saya rasa orang-orang merasa tak berdaya menghadapi segala hal yang terjadi di luar sana, dan kita dibombardir dengan informasi itu ? sehingga pada titik tertentu, orang-orang mulai bersikap apatis dan mengabaikan berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk pekerjaan,” kata pelatih karier eksekutif Elizabeth Pearson.  

Dampak dari boreout 

Jika kita mengalami boreout dan bersikap pasrah, kita akan mandek. Para ahli menekankan bahwa menunggu terlalu lama dapat mengorbankan kebahagiaan kita.

“Kebosanan bukan sekadar kemerosotan sementara, melainkan sesuatu yang dapat memiliki konsekuensi emosional yang berkepanjangan ketika orang mengabaikan tanda-tandanya atau merasa tidak berdaya untuk membuat perubahan,” ujar Keith Spencer, pakar karier di Resume Now.

Baik kelelahan maupun kebosanan dapat menyebabkan reaksi fisik dan mental yang sama, seperti insomnia, kelelahan, dan depresi. 

Kebosanan bisa menjadi tanda awal burnout bagi sebagian orang. Semakin lama kita merasa terjebak dalam pekerjaan yang tidak menguntungkan, semakin besar kemungkinan akan mengalami kelelahan. 

Untuk mencegah efek negatif tersebut, Escalera menyarankan agar kita mengambil tindakan sejak awal tanda-tanda boreout muncul. Perubahan yang berarti tidak akan terjadi jika kita tidak bersuara.  

“Jika kamu berjuang melawan rasa bosan dan merasa tidak terlibat, mulailah dengan berfokus pada kesejahteraan diri,” kata Karishma Patel Buford, kepala bagian sumber daya manusia di Spring Health.  

Cobalah untuk terhubung kembali dengan apa yang awalnya memotivasi kita dalam pekerjaan ini dan jalinlah komunikasi dengan manajer untuk membahas pengambilan tugas yang lebih menantang dan bermakna.

“Temukan kembali tujuan dengan mencari cara untuk menyelaraskan pekerjaan dengan nilai-nilai dan keahlian yang dimiliki,” kata Buford. 

Pertimbangkan apa yang masih bisa kita dapatkan dari pekerjaan saat ini, apakah itu koneksi jaringan yang baik dengan rekan kerja atau sertifikasi tertentu.

“Saya rasa penting juga untuk menantang diri di luar tempat kerja guna menciptakan kembali motivasi dan minat tersebut, seperti mengikuti kursus online, memulai usaha sampingan, atau mengembangkan keterampilan yang menjadi minat selama ini,” ujar Patel Buford. 

Kita berhak mendapatkan pekerjaan yang menantang, mendukung, dan membantu diri berkembang. Merasa bosan di tempat kerja bukanlah kegagalan pribadi, melainkan sinyal bahwa ada sesuatu yang perlu diubah.

Sumber: kompas.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Riset OpenAI Ungkap Penyebab Chatbot Sering Halusinasi

22 September 2025 - 08:50 WIB

Maxim Indonesia Miliki Kantor Cabang di Setiap Provinsi

21 September 2025 - 20:59 WIB

Clarissa Tanoesoedibjo Ungkap Tantangan Bisnis di Tengah Perkembangan Teknologi

21 September 2025 - 14:15 WIB

5 Fakta Gerhana Matahari Sebagian 21 September

21 September 2025 - 14:11 WIB

Visa Ditolak, Presiden Palestina Manfaatkan Teknologi untuk Pidato di PBB

21 September 2025 - 14:03 WIB

Trending on Kabar Lifestyle