Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) kembali menguat pada perdagangan Kamis ini. penguatan rupiah ini dipengaruhi kombinasi sentimen eksternal dan internal.
Pada Kamis (14/8/2025), rupiah dibuka pada perdagangan di Jakarta menguat sebesar 90 poin atau 0,56 persen menjadi Rp 16.112 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.202 per dolar AS.

Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Sekuritas Rully Arya Wisnubroto menjelaskan, penguatan kurs rupiah dipengaruhi prediksi penurunan suku bunga Federal Funds Rate (FFR) di bulan September mencapai 100 persen.
“Ekspektasi penurunan suku bunga FFR di bulan September sudah 100 persen, antara 25 bps (basis points) atau 50 bps,” katanya dikutip dari Antara.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan Federal Reserve perlu memangkas suku bunga sebesar 50 bps pada pertemuan Federal Open Market Committee di bulan September.
Bahkan, Scott menyampaikan Fed seharusnya sudah menurunkan suku bunga tersebut pada Juni.
Sebelumnya, CME FedWatch Tool telah mencatatkan bahwa peluang pemangkasan suku bunga sebesar 25 bps oleh Fed pada bulan September meningkat menjadi 93,4 persen pada hari Selasa (11/8) naik dari 85,9 persen sehari sebelumnya.
Namun, Rully menyampaikan bahwa ekspektasi pemotongan suku bunga Fed telah mencapai 100 persen.
“Untuk (pertemuan FOMC) bulan Oktober 64,2 persen, market expect FFR di 4 persen. Di Desember 53 persen, FFR probability di 3,75 persen,” ucap Rully.
Sentimen Dalam Negeri
Meninjau sentimen dari dalam negeri, pasar disebut akan menunggu pidato presiden terkait nota keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) 2026.
Asumsi pertumbuhan ekonomi pemerintah yang cukup agresif di kisaran 5,2 persen dan 5,8 persen dinilai menjadi salah satu faktor yang memberikan sentimen positif terhadap kurs rupiah.
Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan nilai tukar rupiah akan tetap stabil dalam waktu ke depan. Proyeksi ini, kata Menkeu, tak terlepas dari langkah dan komitmen kebijakan stabilisasi yang terus dijalankan oleh Bank Indonesia (BI) di tengah tekanan ekonomi global.
“Ke depan nilai tukar (rupiah) diperkirakan stabil didukung oleh komitmen Bank Indonesia,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK yang digelar di kantor Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Senin (28/7/2025).
Menkeu menyampaikan, stabilitas rupiah selama kuartal kedua tahun 2025 sempat menghadapi tantangan berat. Ketidakpastian ekonomi global yang meningkat telah menekan nilai tukar di pasar offshore Non-Deliverable Forward (NDF).
Namun, Bank Indonesia merespons cepat dengan melakukan intervensi langsung di pasar valuta asing, termasuk di pasar offshore NDF secara berkelanjutan.
“Seperti diketahui nilai tukar rupiah di pasar offshore Non diverable forward sempat mengalami tekanan tinggi akibat ketidakpastian ekonomi global pada awal kuartal kedua. Sebagai respon Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar valas termasuk intervensi di pasar offshore NDF secara berkesinambungan,” ujarnya.
Langkah yang Efektif
Langkah Bank Indonesia ini dinilai efektif, hal itu tercermin dari nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menunjukkan tren penguatan dalam beberapa pekan terakhir.
Menurut Sri Mulyani, hal ini menjadi bukti konsistensi kebijakan stabilisasi yang dijalankan otoritas moneter di tengah ketidakpastian global yang belum reda.
“Nilai tukar rupiah terhadap dolar menunjukkan tren penguatan didukung oleh konsistensi kebijakan stabilisasi kebijakan Bank Indonesia di tengah masih tingginya ketidakpastian global,” ujarnya.
Sumber: liputan6.com