Menu

Dark Mode
Menkomdigi Ingatkan Ada Aturan Batasi Akses Game Online Berisiko untuk Anak Masuk Generation17, Aktivis Muda RI Jadi Suara Konservasi Laut Global Point Nemo: Kuburan Antariksa di Tempat Paling Terisolasi di Bumi Prabowo Lantik Rektor IPB Arif Satria Jadi Kepala BRIN, Gantikan Tri Handoko Hari Ini Terakhir, Pengguna X/Twitter Wajib Daftar Ulang atau Diblokir Saat Mesin Pilih Bertahan Hidup: Pelajaran dari AI yang Memeras untuk Tak Dimatikan

Kabar Pendidikan

Inilah Kisah Peraih Nobel Fisika Brian Schmidt

badge-check


					Prof Brian Schmidt. Foto: Cicin Yulianti/detikEdu Perbesar

Prof Brian Schmidt. Foto: Cicin Yulianti/detikEdu

Ada yang tahu salah satu peraih Nobel Fisika dunia? Ya, dia adalah Profesor Brian Schmidt. Profesor yang tak menduga bakal meraih nobel ini, menceritakan hidupnya sejak kecil di ajang Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025, di Auditorium Sabuga Institut Teknologi Bandung (ITB), Jumat (8/8/2025).

Schmidt seperti dikutip detikcom, menceritakan jika dirinya lahir dari keluarga yang sederhana di daerah pegunungan terpencil di Alaska, karena pekerjaan ayahnya sebagai ahli biologi.

“Saya lahir saat ibu bapak masih sangat muda, ketika ibu masih kuliah. Saya besar di wilayah pegunungan sejak umur 5 tahun,” kata Schmidt.

Ia mengaku tak menyangka saat dirinya dewasa dapat meraih penghargaan sekelas Nobel Prize. Ia mendapatkan anugerah bergengsi tersebut pada 2011.

“Saya bukan ditakdirkan jadi peraih Nobel. Saya berasal dari keluarga biasa, tempat biasa,” ujarnya.

Schmidt adalah seorang astronom yang dikenal karena karyanya tentang percepatan perluasan alam semesta. Ia aktif dalam proyek teleskop SkyMapper. Ia merancang SkyMapper untuk mengamati langit selatan dan mengkatalogkan miliaran objek. Teleskop itu juga memungkinkan identifikasi bintang-bintang langka dan primitif.

Schmidt bercerita ketertarikannya terhadap teleskop bermula saat ia kecil. Saat pindah ke Alaska, ia mulai mengulik teleskop dari ayahnya. Kecintaan terhadap Teleskop Terinspirasi Sang Ayah

“Ayah saya memindahkan kami ke Alaska, dan di sini saya bersama teleskop,” katanya.

Pengalaman masa kecil tersebut, membuat Schmidt dan tim kolaborasi ilmuwan dari Australia dan Amerika Serikat memenangkan Nobel atas riset tentang nasib alam semesta. Ia juga berhasil meraih 8.000 dolar Australia. Kini, pria kelahiran Amerika Serikat tersebut menjadi profesor di Australian National University. Selain giat mendalami astronomi, ia juga merupakan fisikawan hebat.

Schmidt menegaskan investasi yang paling penting terletak pada manusia dan ide-idenya. Tumbuh dengan ayah seorang ahli biologi membuatnya terasah dalam menemukan ide dalam riset.

“Ilmu pengetahuan tidak peduli di mana kamu lahir, yang penting adalah apa yang kamu lakukan,” katanya.

Di hadapan ribuan peneliti, Schmidt menekankan pentingnya kebebasan dan fasilitas bagi mereka. Adapun bagi anak muda, Schmidt menyakinkan bahwa sains bisa menuntun kepada keuntungan seperti yang ia dapat.

“Jadi, itu adalah hal indah bagaimana sains bekerja. Ia tidak peduli dimana Anda dilahirkan, dan siapa ibu bapa Anda,” katanya. dtc

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Sumpah Pemuda, Siswa PKBM Bakti Nusa Ramaikan Bumi Perkemahan Sukamantri

27 October 2025 - 19:03 WIB

Universitas Esa Unggul Sharing Knowledge Manajemen K3 di SMKN 2 Kota Bogor

18 October 2025 - 10:00 WIB

Lantik Puluhan Kepala Sekolah, Dedie Rachim Ingatkan Soal Integritas

13 October 2025 - 09:20 WIB

DPRD Kota Bogor Tebus Ijazah Warga Tak Mampu

17 September 2025 - 22:31 WIB

Lewat Germas, Jenal Mutaqin Motivasi Calon Generasi Emas

11 September 2025 - 19:37 WIB

Trending on Kabar Pendidikan