Menu

Dark Mode
Menteri Hukum ASEAN Sepakati Pengembangan Arbitrase dan Mediasi Komersial Internasional Pegawai Microsoft Demo: Protes Kerja Sama dengan Israel Konflik Perbatasan Thailand–Kamboja Bergeser ke Medan Propaganda Eiger Land Ubah Lahan Kritis Jadi Kawasan Ekowisata Jalan Khusus Roda 2 di Batutulis Belum Dibuka Bentuk Transparansi, Kongres Persatuan PWI 2025 Akan Live di Youtube

Bogoh Ka Bogor

Soal Longsor di Underpass Batutulis, Pemkot Bogor Cari Solusi Permanen 

badge-check


					Soal Longsor di Underpass Batutulis, Pemkot Bogor Cari Solusi Permanen  Perbesar

Paska longsor yang terjadi di Jalan Saleh Danasasmita (underpass batutulis), Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor melakukan pertemuan dengan Direktur Prasarana Perkeretaapian, Hengki Angkasawan dan Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Barat (BTP Bandung), Endang Setiawan, di Paseban Punta, Balai Kota Bogor, Kamis (6/3/2025).

Dalam pertemuan tersebut dicari solusi permanen penanganan longsor di Jalan Saleh Danasasmita, Kelurahan Batutulis, Kota Bogor. Menurut Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim, Direktur Prasarana Perkeretaapian dan BTP Bandung telah melakukan penelitian singkat terkait longsoran yang terjadi pada Selasa (4/3/2025).

Berdasarkan penelitian tersebut, longsor yang terjadi disinyalir disebabkan oleh adanya saluran atau mata air, yang jumlahnya lebih dari satu.

“Tadi pertemuan dengan Direktur Prasarana dari Kementerian Perhubungan dan juga Kepala Balai Teknik Perkeretaapian Jawa Barat. Memang mereka sudah melakukan semacam penelitian singkat atau awal terkait bencana longsor yang terjadi di Jalan Saleh Danasasmita. Disinyalir ada saluran air atau mata air yang jumlahnya bukan hanya satu, tetapi ada tiga,” ujar Dedie A. Rachim usai pertemuan.

Oleh karena itu, Dedie A. Rachim menambahkan bahwa secara teknis, hal tersebut perlu dikaji lebih dalam terkait kemungkinan langkah-langkah penanganan untuk normalisasi atau pengembalian fungsi Jalan Saleh Danasasmita di wilayah Batutulis.

“Dengan adanya dugaan saluran air di bawah lokasi jalan, maka ada juga kemungkinan kita mencari jalur alternatif lain,” ucapnya.

Dedie A. Rachim pun mengungkapkan bahwa jika harus mencari jalur alternatif lain, hal itu didasarkan pada dugaan keberadaan mata air atau aliran air di area tersebut.

Jika aliran mata air ini ditambah dengan beban kendaraan, maka kondisi tanah yang labil berpotensi kembali menimbulkan bencana di kemudian hari.

“Itu yang tidak kita inginkan. Jangan sampai setiap tahun kita harus melakukan rehabilitasi atau langkah-langkah penanganan sementara. Jika memungkinkan, penyelesaiannya harus permanen untuk jangka menengah dan panjang,” tuturnya.

Sebab, menurut Dedie A. Rachim langkah itu akan menjadi pilihan yang paling ideal untuk Kota Bogor.

“Ini yang harus kita pikirkan secara teknis, mana yang paling efisien. Dan karena ini dalam kondisi darurat, maka langkah-langkah yang harus diambil harus segera dan juga komprehensif,” tutupnya. KMF

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Eiger Land Ubah Lahan Kritis Jadi Kawasan Ekowisata

21 August 2025 - 09:18 WIB

Jalan Khusus Roda 2 di Batutulis Belum Dibuka

20 August 2025 - 22:32 WIB

Bentuk Transparansi, Kongres Persatuan PWI 2025 Akan Live di Youtube

20 August 2025 - 20:44 WIB

Dukung Program Pemerintah, DPW Tani Merdeka Provinsi Jambi dan Bulog Segera MoU

20 August 2025 - 09:03 WIB

Hanif Faisol: TPPAS Nambo Harus Segera Beroperasi

20 August 2025 - 08:52 WIB

Trending on Headline