Menu

Dark Mode
Menkomdigi Ingatkan Ada Aturan Batasi Akses Game Online Berisiko untuk Anak Masuk Generation17, Aktivis Muda RI Jadi Suara Konservasi Laut Global Point Nemo: Kuburan Antariksa di Tempat Paling Terisolasi di Bumi Prabowo Lantik Rektor IPB Arif Satria Jadi Kepala BRIN, Gantikan Tri Handoko Hari Ini Terakhir, Pengguna X/Twitter Wajib Daftar Ulang atau Diblokir Saat Mesin Pilih Bertahan Hidup: Pelajaran dari AI yang Memeras untuk Tak Dimatikan

Kabar Dunia

Berkat Aplikasi Video Call, Nyawa Wanita Pengidap Stroke Terselamatkan

badge-check


					Berkat Aplikasi Video Call, Nyawa Wanita Pengidap Stroke Terselamatkan Perbesar

SEORANG wanita yang mengidap gejala stroke, terselamatkan nyawanya berkat aplikasi video call. Opokua Kwapong, nama wanita itu, tinggal seorang diri di kota New York, Amerika Serikat (AS) ketika gejala stroke menyerang.

Dilansir dari BBC pada Kamis (22/2/2018), saat itu, Kwapong tengah mengobrol dengan adik perempuannya, Adumea Sapong, yang tinggal di Manchester, Inggris, via FaceTime.

Namun, sang adik melihat ada kejanggalan pada kakaknya, yakni terlihat agak pucat dan kerap melantur bicaranya.

Sang adik tahu kakaknya tidak sedang dalam keadaan mabuk, dan sangat mungkin gejala stroke yang diidapnya kambuh.

“Ia (Sapong) mengatakan bahwa wajah saya terlihat letih, dan kehilangan fokus saat mengobrol di video,” ujar wanita berusia 58 itu.

“Saya tidak menggubris, meskipun kepala saya sedang agak pening saat itu.”

Namun, desakan Sapong membuat Kwapong memutuskan bertanya ke salah seorang kerabatnya yang berprofesi sebagai dokter. Dalam percakapan video paralel tersebut, sang kerabat membenarkan kondisi kesehatan Kwapong terlihat sangat tidak fit.

Merasa khawatir akan kondisi kesehatannya, Kwapong pun menghubungi panggilan darurat setempat.

Beberapa saat kemudian, Kwapong dijemput oleh petugas medis untuk pemeriksaan di rumah sakit, dan mendapatkan kabar yang mengejutkan sekaligus menyedihkan tentang gejala stroke pada dirinya.

Ia didiagnois mengalami pembekuan sel di hampir seluruh bagian kiri otaknya. Hal tersebut sangat berisiko menyebabkan lumpuh di bagian otak kiri, di mana hal itu akan memicu terjadinya koma, dan bahkan kematian.

“Hidup seorang diri di tengah padatnya kota New York tidak menjamin Anda akan selamat di berbagai kondisi,” ujar Kwapong.

“Jika tidak berkomunikasi via FaceTime, saya tidak tahu akan seperti apa nasib saya saat ini.”

Kwapong kini tengah menjalani terapi untuk menstimulasi ulang sel-sel di otak kirinya.

Meski hal itu tidak seratus persen menjamin kesembuhan, namun setidaknya bisa mengurangi efek terburuk yang menimpa pengidap gejala stroke seperti Kwapong.

Reporterasep

Sumber : BBC

Foto : liputan6

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Elon Musk Jadi Manusia Pertama di Dunia dengan Kekayaan Rp 8.311 Triliun

5 October 2025 - 10:50 WIB

Orang-orang Abad ke-20 Santap Daging Gajah Mamut Jadi Steak

3 October 2025 - 11:15 WIB

Ilmuwan Prediksi Alam Semesta Bakal Mengalami Kiamat Kosmik

2 October 2025 - 11:16 WIB

Ledakan Kosmik Aneh Muncul di Luar Bima Sakti, Ilmuwan Kebingungan

29 September 2025 - 10:36 WIB

Berlian Aneh Asal Afrika Mengandung Unsur Kimia yang Mustahil

29 September 2025 - 10:33 WIB

Trending on Kabar Dunia