Laporan e-Conomy SEA 2025 menunjukkan bahwa teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) dinilai menjadi salah satu kunci untuk memaksimalkan potensi ekonomi digital di Indonesia.
Alasannya, kehadiran AI di Indonesia dinilai mendapat respons yang sangat baik dari pengguna digital Tanah Air.

Tingkat adopsinya di Indonesia pun disebut tumbuh sangat cepat, dengan total sekitar 80 persen pengguna memakai AI setiap hari.
Laporan tersebut juga mencatat bahwa respons yang kuat ini menempatkan Indonesia dalam peringkat “20 besar negara dengan minat tertinggi terhadap AI multimodal di dunia”.
Country Director Google Indonesia, Veronica Utami mengatakan, tingginya adopsi AI di Indonesia menunjukkan bahwa masyarakatnya sudah siap memasuki fase ekonomi digital yang lebih baik.
“Masyarakat Indonesia memang memperlihatkan interaksi harian dan juga tingkat kepercayaan yang sangat tinggi terhadap AI dan ini menandakan ada kesiapan pasar yang juga luar biasa,” kata Veronica, saat mempresentasikan laporan e-Conomy SEA 2025 di kantor Google Indonesia di Jakarta.
Adapun pada tahun 2025 ini, laporan e-Conomy SEA memproyeksikan bahwa nilai ekonomi digital Indonesia mencapai hampir 100 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.672 triliun.
Angka perkiraaan ini meningkat 14 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu, dan kembali menempatkan Indonesia sebagai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara.
Tiga faktor kunci agar AI berdampak maksimal
Meski tingkat adopsinya besar, laporan Google menilai bahwa pemanfaatan AI di Indonesia masih perlu diperkuat agar teknologi ini benar-benar mampu memaksimalkan pertumbuhan ekonomi digital.
Pasalnya, dengan kesiapan pengguna dan lonjakan adopsi AI yang cukup tinggi tersebut, mencerminkan bahwa penggunaan AI bukan sekadar menjadi tren, melainkan peluang pertumbuhan inti dan penting untuk masa depan Indonesia.
“AI ini bukan hanya tren bagi Indonesia, melainkan sebuah peluang pertumbuhan inti dan penting untuk masa depan kita,” ujar Vero.
Ia menambahkan, agar peluang tersebut dapat dimaksimalkan, ada tiga faktor kunci yang perlu diperkuat oleh para pelaku bisnis AI di Indonesia.
Ketiga faktor tersebut adalah mandat konsumen, imperatif operasional, dan imperatif kepercayaan.
Untuk mandat konsumen, pengguna Indonesia dinilai sudah aktif memanfaatkan AI dalam berbagai aktivitas digital. Mulai dari belajar, bekerja, berbelanja, hingga berkreasi.
Kebiasaan ini menunjukkan bahwa penggunaan AI sudah melekat dalam keseharian masyarakat, sehingga berpotensi besar mendorong pertumbuhan ekonomi digital.
Kemudian untuk faktor yang kedua yaitu imperatif operasional. Di Indonesia adopsi AI yang besar seharusnya bisa dimanfaatkan secara lebih maksimal untuk memberdayakan sumber daya manusia (SDM).
Jika SDM di Tanah Air diberdayakan, harapannya bisa membantu para pekerja menghasilkan output atau penghasilan dengan nilai yang lebih tinggi. Dengan begitu, nilai ekonomi digital di Indonesia bisa terus meningkat.
Terakhir, faktor imperatif kepercayaaan. Adopsi AI yang tinggi di Indonesia salah satunya didorong karena masyarakatnya kini banyak yang mempercayai AI untuk mengerjakan tugas-tugas, bahkan yang sifatnya sederhana.
Karena itu, jika masyarakat semakin percaya menggunakan AI untuk segala aspek kehidupannya, maka peluang pemanfaatan teknologi ini akan jauh lebih besar. Dampaknya, ekonomi digital bisa bertambah.
Sumber: kompas.com














