Menu

Dark Mode
Pengabdian Masyarakat, Mahasiswa Universitas Esa Unggul Hadir di Kelurahan Duri Kepa PWI Kota Bogor Gelar Refleksi Akhir Tahun 2025 Dorong Kepercayaan Diri Perempuan, IKWI Kota Bogor Gelar Beauty Class Petinggi Apple Mundur, Pilih Pindah ke Meta Pakai Drone dengan Pendeteksi Panas, Cara Malaysia Memburu Penambang Bitcoin Ilegal Pakar ITB Paparkan Risiko Gunung Api Dormant di Indonesia

Kabar Lifestyle

Aset Animasi Asing, Produser Merah Putih: One For All Sebut Hanya Mirip

badge-check


					Perfiki Kreasindo menjelaskan kritikan publik soal penggunaan aset animasi dari luar negeri (Foto: dok Merah Putih: One For All) Perbesar

Perfiki Kreasindo menjelaskan kritikan publik soal penggunaan aset animasi dari luar negeri (Foto: dok Merah Putih: One For All)

Jakarta – Salah satu kritikan untuk film animasi Merah Putih: One for All adalah dugaan penggunaan aset animasi luar negeri dari Reallusion Content Store. Perfiki Kreasindo selaku produsen film pun buka suara.

Sejumlah warganet memposting perbandingan karakter di film tersebut dengan model 3D yang dijual di Reallusion. Beberapa karakter terlihat mirip dengan aset buatan desainer luar negeri, seperti Jayden karya Junaid Miran, Tommy dari Chihuahua Studios, serta Ned dan Francis yang langsung tersedia di Reallusion.

Terkait dengan hal itu, Eksekutif Produser dan Sutradara film animasi Merah Putih: One for All, Endiarto memberikan penjelasannya kepada detikPagi. Dia menyebutkan ada kemiripan.

“Kalau ada kemiripan itu sah saja. Cuma pada awalnya bidang IT, animator kami membikin bukan bermaksud begitu. Tapi, dia mengeluarkan segala effortnya,” kata Endiarto.

Endiarto bilang dalam film animasi ada kebebasan style. Interpretasi dari desain itu lalu diformulasikan dalam bentuk visual. Endiarto tidak menjawab gamblang apakah desainnya diambil dari platform animasi luar negeri.

“Kalaupun itu mendekati dan hampir mirip, kan itu nggak bisa kita harus patok begini begitu lho, karena dunia ini luas,” ujarnya.

Usaha dari tim animator kata Endiarto termasuk menyiapkan setting menyerupai alam Indonesia dan pedesaan. Dia mengembalikan lagi penilaian akhir kepada para penonton film.

“Kalau dibahas, itu kan nggak kelar-kelar. Kami serahkan justifikasi itu dari penonton. Cuma kalau belum menonton secara penuh kan sepertinya tidak fair,” jelas Endiarto.

Endiarto meminta masyarakat menonton dulu film ini sebelum berkomentar. Dia beralasan pihaknya hanya ingin membuat film anak-anak yang sederhana dan mudah dicerna dengan visual yang sederhana juga.

“Awalnya film ini didesain khusus untuk anak-anak. Dengan narasi yang simpel, sederhana dan visualisasi juga yang sederhana jadi tanpa perlu berpikir,” pungkasnya.

Sebagai informasi, aset-aset animasi di Reallusion Content Store dijual dengan harga sekitar USD 43,50 atau Rp 700 ribuan per item. Junaid Miran, desainer karakter 3D asal Pakistan menjual paket aset kartunnya di platform itu dengan nama 3D Stylized Toon Boys.

Karakter-karakter desain Junaid Miran inilah yang banyak kemiripan dengan karakter di film Merah Putih: One for All. Aset animasi lain yang disebutkan mirip adalah setting environment 3D yang dijual di Daz3D seperti gudang, hutan, air terjun, jalanan perkotaan. Inilah yang memicu kritikan netizen karena bujet filmnya yang disebut mencapai Rp 6,7 miliar.

Sumber: detik.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Petinggi Apple Mundur, Pilih Pindah ke Meta

8 December 2025 - 13:18 WIB

Pakai Drone dengan Pendeteksi Panas, Cara Malaysia Memburu Penambang Bitcoin Ilegal

8 December 2025 - 13:13 WIB

Pakar ITB Paparkan Risiko Gunung Api Dormant di Indonesia

8 December 2025 - 13:10 WIB

Kaya Raya Berkat AI, Ini Cara Nvidia Habiskan Uang Tunainya

8 December 2025 - 13:04 WIB

Siap-siap, Harga Laptop Akan Naik Karena Krisis RAM

8 December 2025 - 13:01 WIB

Trending on Kabar Lifestyle