Menu

Dark Mode
Apple Uji Google Gemini AI untuk Bikin Siri Jadi Super Cerdas Hakim: Google Tak Harus Jual Chrome, Tapi Wajib Ubah Praktik Bisnis 7 Tujuan Orang Flexing di Media Sosial Menurut Psikolog, Tak Selalu Pamer Harta 3 Hal Ini Bikin Apple Pikir-pikir Rilis iPad Lipat Sekarang Induk ChatGPT Beli Perusahaan Pengujian Produk Statsig Rp 18 Triliun Diverifikasi Faktual, Ini Pesan Dewan Pers ke Kabaronline

Kabar Lifestyle

7 Tujuan Orang Flexing di Media Sosial Menurut Psikolog, Tak Selalu Pamer Harta

badge-check


					Psikolog ungkap flexing di media sosial bukan cuma soal pamer harta, tapi juga cara ekspresi diri dan mencari validasi.(Foto: Unsplash/Erik Mclean) Perbesar

Psikolog ungkap flexing di media sosial bukan cuma soal pamer harta, tapi juga cara ekspresi diri dan mencari validasi.(Foto: Unsplash/Erik Mclean)

Fenomena flexing atau memamerkan harta dan gaya hidup mewah di media sosial bukanlah hal baru. Dari unggahan liburan ke luar negeri hingga barang-barang branded, banyak orang yang menjadikan aktivitas ini sebagai bagian dari keseharian digital mereka.

Namun, apakah flexing hanya sekadar untuk pamer? Menurut psikolog, alasan seseorang melakukannya ternyata jauh lebih kompleks.

“Tujuan flexing itu beragam sekali, tergantung pada motivasi intrinsik dan eksternalnya juga seperti apa, jadi tidak selalu sekadar pamer,” jelas Psikolog Klinis Maria Fionna Callista saat diwawancarai Kompas.com, Rabu (3/9/2025). 

Fionna menambahkan, tujuan flexing bisa berbeda-beda, tergantung motivasi masing-masing individu. 

Berikut penjelasan lebih lengkap mengenai berbagai alasan seseorang gemar melakukan flexing di media sosial. 

7 Tujuan orang flexing di media sosial 

1. Ekspresi identitas diri

Menurut Fionna, banyak orang memanfaatkan flexing sebagai sarana untuk mengekspresikan identitas dirinya. 

“Makin ke sini, bisa dilihat bahwa orang-orang itu cenderung mengekspresikan dirinya, menjadikan identitas diri itu lewat sesuatu apa yang dia punya atau yang dia miliki atau dia capai,” jelasnya.  

Dengan kata lain, media sosial menjadi ruang untuk memperlihatkan siapa diri seseorang melalui pencapaian, barang yang dimiliki, atau gaya hidup tertentu. 

2. Bentuk kebanggaan atas usaha dan pencapaian

Flexing juga bisa berfungsi sebagai cara untuk menunjukkan rasa bangga terhadap hasil kerja keras diri sendiri 

“Bisa jadi seseorang menganggap flexing jadi salah satu cara menunjukkan rasa bangganya terhadap usaha atau pencapaian yang dia punya selama ini lewat kerja kerasnya,” jelas Fionna. 

Alih-alih hanya dianggap sebagai pamer, sebagian orang justru menggunakan flexing untuk merayakan keberhasilan yang telah dicapai. 

3. Strategi self-branding

Tak hanya itu, Fionna menilai flexing juga dapat berfungsi sebagai bentuk self-branding atau membangun citra diri di media sosial. 

“Flexing juga bisa jadi bentuk self-branding. Misalnya, ingin dilihat sebagai individu dengan identitas tertentu. Contohnya, seseorang ingin menunjukkan bahwa suatu pekerjaan tertentu bisa membuat sukses juga,” ujarnya. 

Dengan cara ini, flexing bisa dianggap sebagai strategi untuk membangun citra diri agar lebih dikenal publik, baik secara personal maupun profesional.

4. Menunjukkan profesi yang membawa kesuksesan 

Lebih lanjut, Fionna menambahkan, flexing kadang dipakai sebagai cara untuk menginspirasi orang lain. 

“Alhasil beberapa orang memamerkan hartanya, gaya hidupnya, sebagai bukti dan memberanikan orang lain bahwa profesi dia bisa membawanya ke titik yang sekarang,” katanya. 

Contohnya, seorang pengusaha atau pekerja kreatif bisa saja sengaja memperlihatkan hasil pencapaiannya untuk menunjukkan bahwa profesi mereka juga bisa membawa kesuksesan. 

5. Cerminan kemandirian dan pemikiran seseorang

Menurut Fionna, flexing tidak melulu soal materialistik. Terkadang, perilaku ini juga bisa menunjukkan sisi kemandirian dan pemikiran seseorang melalui unggahan di media sosial. 

“Flexing sebagai bentuk branding ini juga bisa menunjukkan sisi kemandirian dan pemikiran seseorang,” jelasnya.

Hal ini menandakan bahwa flexing dapat menjadi sarana bagi individu untuk menegaskan citra dirinya sebagai sosok yang berhasil dan mandiri.

6. Mencari validasi dari lingkungan luar

Dari sisi psikologis, ada juga orang yang melakukan flexing karena merasa kurang mendapatkan pengakuan dari lingkungannya. 

“Dari sisi psikologis juga bisa dijelaskan, salah satu alasannya karena seseorang sedang mencari validasi lebih yang tidak bisa dia dapatkan di lingkungan sekitar,” ujar Fionna. 

Artinya, ketika seseorang tidak menemukan apresiasi dari orang-orang terdekat, mereka bisa beralih ke media sosial untuk memperoleh pengakuan dari audiens yang lebih luas. 

7. Meningkatkan rasa percaya diri

Fionna menambahkan, flexing kadang menjadi cara seseorang untuk kembali membangun rasa percaya diri. 

“Dari flexing, seseorang mungkin saja merasa mendapatkan rasa kepercayaan dirinya kembali, mendapat rasa bangga yang dia tidak dapatkan dari diri sendiri sehingga mencari validasi dari pihak eksternal,” jelasnya. 

Bagi sebagian orang, pujian berupa likes atau komentar positif bisa memberikan semangat baru yang tidak didapatkan dalam kehidupan nyata. 

Fenomena flexing, antara pamer dan kebutuhan psikologis 

Fenomena flexing pada akhirnya tidak bisa dilihat hanya dari satu sisi. Bagi sebagian orang, ini adalah ekspresi identitas dan pencapaian.

Bagi yang lain, flexing adalah cara untuk membangun citra diri atau mencari validasi eksternal. 

Meski begitu, para ahli menekankan pentingnya keseimbangan. Menggunakan flexing sebagai sarana ekspresi sah-sah saja, selama tidak menjadikan validasi dari orang lain sebagai satu-satunya sumber kebahagiaan. 

Sumber: kompas.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Read More

Apple Uji Google Gemini AI untuk Bikin Siri Jadi Super Cerdas

4 September 2025 - 13:03 WIB

Hakim: Google Tak Harus Jual Chrome, Tapi Wajib Ubah Praktik Bisnis

4 September 2025 - 12:56 WIB

3 Hal Ini Bikin Apple Pikir-pikir Rilis iPad Lipat Sekarang

4 September 2025 - 12:19 WIB

Induk ChatGPT Beli Perusahaan Pengujian Produk Statsig Rp 18 Triliun

4 September 2025 - 12:02 WIB

Korban tewas akibat gempa di Afganistan melonjak jadi 1.124 orang

3 September 2025 - 12:06 WIB

Trending on Kabar Lifestyle