Ini Arti Ramadhan Bagi Dedie A Rachim

Calon Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengaku sangat merindukan momen berbuka puasa bersama keluarga seperti saat ini. Maklum, saat berkarir di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) selama 12 tahun, Dedie hampir tak punya waktu untuk menikmati momen kebersamaan itu. “99 persen saya jarang buka puasa bersama keluarga saat bekerja di KPK. Untuk sekarang, momen yang dirindukan, buka puasa sama keluarga,” kata Dedie Rachim, bercerita.

Dedie menambahkan, selama menjalani ibadah puasa yang bertepatan dengan jadwal kampanye Pilkada Kota Bogor, ia selalu menjaga asupan makanan, terutama buah. Menurutnya, dengan menjaga pola makan, staminanya akan tetap terjaga. “Saya punya kebiasaan, buka puasa hanya takjil saja. Habis tarawih, baru makan. Makan saya batasi juga, saya makan buah sebanyak mungkin. Sahur juga saya makan roti saja. Buah dan sayur yang diutamakan,” kata dia.

Soal keinginannya menjadi Wakil Walikota Bogor, Dedie bertekad untuk menata Kota Bogor agar lebih nyaman dan tertib. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) dari segi kualitas juga menjadi sorotannya untuk memajukan kampung halamannya ini. “Intinya saya ingin melakukan pembenahan dari pembangunan dan perbaikan infrastruktur. Semua wilayah harus tersentuh, 68 kelurahan di Kota Bogor wajib meningkatkan infrastrukturnya,” jelas dia.

Dedie menjadi orang pertama di KPK yang memilih terjun ke panggung politik. Ia dipinang oleh calon petahana, Bima Arya Sugiarto, untuk mendampinginya dalam kontestasi Pilkada Kota Bogor. Sejak bergabung di KPK tahun 2005, Dedie A Rachim telah menduduki sejumlah posisi. Jabatan terakhirnya adalah Direktur Pembinaan Jaringan dan Kerja Sama Antar Komisi dan Instansi (PJKAKI).

Sebelumnya, Dedie berkarier sebagai karyawan swasta sejak 1996 hingga 2005 di sejumlah perusahaan antara lain Astra Mobil, Maha Cipta Indonesia, dan White Space. Setelah itu, ia mengikuti seleksi “Indonesia Memanggil I” dan berhasil lolos menjadi pegawai KPK.

Jabatan yang pernah diemban Dedie di KPK di antaranya fungsional madya (2005-2009), pelaksana tugas Direktur PP LHKPN (2009-2010), pelaksana tugas Direktur Litbang (2012), Direktur Dikyanmas (2009-2015), Pelaksana Deputi Bidang Pencegahan (Maret-Juni 2015).

Dalam rentan waktu 12 tahun kariernya di KPK, pria kelahiran Garut 6 April 1966 itu juga pernah menduduki jabatan ad interim yaitu pelaksana tugas Direktur PP Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara, Plt Direktur Penelitian dan Pengembangan, juga pelaksana harian Deputi Bidang Pencegahan.

Selama di KPK, Dedie banyak berinteraksi dengan masyarakat dan pemerintah. Tugasnya lebih banyak soal pendidikan, sosialisasi, dan kampanye antikorupsi.

Sejumlah pendidikan dan pelatihan dalam mendukung kinerjanya di lembaga antikorupsi dijalani Dedie antara lain Training of Trainer 1 & 2 Search & Seizure, Interview Investigative (2006-2008), Certified Fraud Examiner (CFE) (2008), Middle Level Official Training (2009), dan Integrity In Public Service (2010).

Sebelumnya, Dedie A Rachim menyelesaikan pendidikan tingginya di Institut Teknologi Bandung, program studi Product Industrial Design. Ia lalu menyelesaikan pendidikannya dari program studi Administrasi/Kebijakan Publik Universitas Indonesia pada 2013.

Diakui Dedie, menjadi kepala daerah merupakan amanah yang tidak mudah karena cakupan permasalahan yang lebih luas, tak sekadar soal antikorupsi yang selama ini ia geluti. Ia mengaku apa yang dilakukannya saat ini adalah keputusan paling besar dalam hidupnya.(*)

image_pdfimage_print
Share

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *