PDAM Tirta Pakuan Dukung Bogor Jadi Smart City

Ibarat mengurai benang kusut, PDAM membutuhkan waktu cukup lama untuk sekadar mencari titik kebocoran pipa. Petugas di lapangan harus berpayah-payah, menggali dan mengurut pipa bawah tanah. Itu musabab, PDAM Tirta Pakuan bertekad melakukan digitalisasi dokumen menggunakan sistem canggih, agar permasalahan teknis bisa cepat teratasi.

Sistem yang dimaksud adalah Geographic Information System atau dalam bahasa Indonesia disebut Sistem Informasi Geografis (SIG). Secara harfiah, SIG berarti sistem yang berfungsi membuat peta. Namun secara keseluruhan, SIG adalah perangkat yang mampu menganalisis masalah spasial secara otomatis, cepat dan teliti.

“Karena SIG didesain untuk mengumpulkan, menyimpan dan menganalisis objek dan fenomena dimana lokasi geografi merupakan karakteristik penting untuk dianalisis,” ujar Direktur Umum PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, Rino Indira, dalam kunjungan kerjanya ke Culemborg, Belanda, akhir pekan kemarin.

Rino memaparkan, dalam SIG, suatu objek ditentukan oleh posisi objek (x dan y) dan akan berkaitan langsung dengan atribut tematik serta data lainnya untuk keperluan analisis masuk ke dalam database. Maka itu, hampir semua bidang ilmu yang bekerja dengan informasi ke ruangan memerlukan SIG.
Di antaranya: bidang perairan, pertanian, perikanan, kehutanan, perkotaan, tambang, lingkungan, transportasi, dan lain sebagainya. Di berbagai negara maju, SIG bahkan diterapkan pada bidang sosial, perbankan, marketing, logistik, dan antropologi.

“Terlebih lagi untuk PDAM yang memiliki aset di bawah permukaan tanah. SIG sangat diperlukan mengingat data-data jaringan perpipaan dan data pelanggan merupakan salah satu aset terbesar PDAM yang berpengaruh besar dalam menunjang kegiatan operasional. Berkaitan juga dengan kinerja perusahaan dan pelayanan,” papar pria yang 10 tahun malang-melintang di dunia industri multinasional company.

Selain itu, SIG dapat digunakan sebagai alat untuk pengambilan keputusan. Salah satu contoh, SIG dapat mengalisa perhitungan mengenai skala prioritas untuk perbaikan pengaliran, penggantian pipa hingga terhitung nilai capital dan operasional.

Berbekal pengetahuan selama kunjungan ke Belanda, Rino meyakini Tirta Pakuan harus mulai menerapkan sistem ini. Tujuannya, untuk mendukung program menjadikan Kota Bogor sebagai Smart City, serta bertintegrasi dengan SKPD lain di Kota Hujan. “SIG juga dapat dimanfaatkan untuk SKPD lainnya seperti, Disdukcapil, PUPR, BAPPEDA, BPPT, Dispenda, dan BPKAD. Untuk PUPR misalnya SIG PUPR bisa berintegrasi dengan SIG PDAM untuk penjadwalan perbaikan jalan dan penggalian pipa PDAM,” bebernya.

Dengan begitu, tidak akan ada lagi kasus jalan yang baru saja diperbaiki, lalu digali lagi oleh PDAM untuk perbaikan pengaliran. “Kasus seperti itu karena tidak adanya integrasi informasi,” kata pria lulusan teknik mesin di institut sain dan teknologi nasional itu.

Kemudian, SIG pada Disdukcapil yang bisa berintegrasi dengan SIG PDAM untuk data masyarakat Kota Bogor. Integrasi inilah yang akan mendukung Kota Bogor menjadi Smart City. “Saya yakin GIS dapat diimplementasikan dengan baik tentunya dukungan semua pihak khususnya karyawan-karyawati PDAM,” ujarnya.

Selanjutnya, PR pengguna adalah menjaga dan merawat data-data yang ada agar terus berkembang berdasarkan real situation. “GIS ini perlu kedisiplinan. Tidak memanipulasi data yang dimasukkan, karena bila salah, maka akan salah pula pada saat pengambilan keputusan untuk setiap permasalahan teknis di lapangan,” tukasnya.

Reporter Pratama

image_pdfimage_print
Share

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *