Ini Alasan Periset Biografi Barack Obama Tertarik Garap Buku #AbdiBogor

Penulis buku #AbdiBogor, Fenty Effendy mengungkapkan alasan mengapa dirinya tertarik menggarap buku yang mengangkat kisah perjalanan hidup seorang Bima Arya Sugiarto. Menurut reporter dan periset buku The Story yang mengangkat biografi Presiden Amerika Serikat Barack Obama itu, kisah Bima Arya tidak sekedar menarik untuk dituangkan dalam sebuah buku tetapi juga menginspirasi generasi muda.

“Selalu ada panduan untuk menulis agar layak dijadikan sebuah buku. Apakah kisahnya menarik dan penting buat publik? Sering kali seorang tokoh itu menarik, tapi tidak penting buat publik. Ada juga yang penting buat publik tapi tidak menarik untuk diceritakan. Idealnya, menarik dan penting untuk publik. Selalu itu resepnya. Buku Bima Arya ini ceritanya menarik dan penting untuk publik,” ungkap Fenty di sela mengikuti program Badra On The Road, Rabu 30 Mei 2018 sore.

Buku Bima Arya sendiri bukan satu-satunya buku yang pernah di tulis oleh lulusan S2 Ilmu Komunikasi di FISIP Universitas Indonesia (2007) itu. “Sebelum #AbdiBogor, buku pertama itu berjudul ‘Titik Balik Bima Arya’ yang diproduksi pada 2013 lalu. Ini seperti sekuel ya,” ujar mantan produser televisi nasional, seperti Metro TV, ANTV dan TvOne itu.

Buku ‘Titik Balik’, kata Fenty, menceritakan kisah ‘metamorfosis’ Bima Arya dari kecil, remaja hingga kuliah S3 di Australia. Di buku itu juga diceritakan perjalanan karirnya dari seorang akademisi, pengamat, lalu terjun ke dunia politik hingga akhirnya menjadi Walikota Bogor.

“Dia pernah ditawari sebagai juru bicara Istana Negara. Buku pertama menjelaskan dan memperkenalkan sosok bima Arya sebagai siapa dia dan kenapa dia terjun ke politik itu sebuah citra menarik. Karena butuh keberanian untuk bisa switch atau titik balik berbuah dari seorang yang biasa mengomentari, menyampaikan kritik terus tiba-tiba harus melakukan apa yang sebelumnya dia bahas dan analisa. Itu peting untuk diketahui publik,” jelasnya.

Lima tahun berlalu seperti sudah menjadi kewajiban untuk menulis kisah selanjutnya seorang Bima Arya selama menjadi Walikota Bogor. Maka, rampunglah buku berjudul #AbdiBogor, kata Fenty.

“Jadi saya melihat sendiri ada proses dan konsistensi bagaimana mengubah dirinya hingga proses saat menjadi walikota. Dan menurut saya menjadi seorang pejabat publik sekarang tantangannya bukan sekedar bagaimana dia menggerakan perubahan, tapi juga menghadapi bagaimana hoax itu muncul. Buku ini menjawab kontroversi yang ada di Kota Bogor selama lima tahun terakhir juga ada perbincangan Bima Arya dengan Presiden Joko Widodo,” bebernya.

“Network Bima Arya sebagai pengamat yang masih dipelihara dengan Walikota Solo yang sekarang jadi presiden, Joko Widodo. Itu kan semuanya untuk orang Bogor juga, PAD meningkat, perubahan-perubahan dan sebagainya. Menurut saya seperti itu. Jadi ada kewajiban penulis untuk dikasih tahu ke publik,” tambahnya.

Selain Bima Arya, Fenty juga tercatat sudah menulis buku untuk orang-orang kredibel lainnya. Sebut saja Mata Najwa: Mantra Layar Kaca (2015), Karni Ilyas: Lahir untuk Berita (2012), Agum Gumelar: Jenderal Bersenjata Nurani (2004), Mereka Bicara JK (2009), Ibnu Sutowo: Saatnya Saya Bercerita! (2008), Catatan Perjalanan HIPMI 1972-2011 (2011), Ahmad Sahroni: Anak Priok Meraih Mimpi (2013).

Karier sebagai penulis buku biografi dimulai Fenty sejak tahun 2004. Dalam mengarungi kariernya sebagai jurnalis dan penulis, Fenty juga banyak belajar dari David Maraniss, seorang wartawan senior dari koran ternama Amerika Serikat, The Washington Post.

(*)

image_pdfimage_print
Share

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *