Angka Perceraian Meningkat, Sekolah Ibu Solusinya

Komitmen membina rumah tangga, berarti bersepakat untuk menyatukan dua pemikiran antara suami dan istri demi terciptanya hubungan keluarga yang harmonis dan berkualitas. Namun, tingginya angka perceraian membuat Yane Ardian Bima Arya prihatin.

Istri dari Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto ini bernisiasi mencari formula agar fenomena perceraian di Kota Hujan bisa ditekan. “Saya prihatin dengan fenomena yang terjadi belakangan ini di tengah-tengah masyarakat kita, yakni semakin meningkatnya angka perceraian. Dan ternyata yang mengajukan atau menggugat cerai itu 70-80 persennya adalah perempuan atau sang istri. Belum lagi tingkat kekerasan lain seperti tawuran, narkoba, trafficking, dan lain-lain itu yang membuat saya prihatin dan berpikir apa yang bisa dilakukan bersama sehingga mampu menekan angka-angka seperti itu,” ungkap wanita kelahiran Panaragan, Kota Bogor, 01 Juli 1979 itu.

Berangkat dari persoalan tersebut, lahirlah sebuah program inspiratif dari pemikiran Yane Ardian. Program ini dinamai Sekolah Ibu. Program besutan Yane Ardian ini sebagai upaya pembangunan ketahanan dan kesejahteraan keluarga di Kota Bogor.

“Bagaimana seorang ibu yang sebenarnya memiliki potensi luar biasa, tanggung jawab yang besar dalam keluarga, kita tambah wawasannya sehingga dia menjadi sosok yang tangguh dalam keluarga untuk melindungi keluarganya. Kami dorong kaum ibu untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya dalam melaksanakan peran dalam rumah tangga tidak hanya sebagai sorang istri, melainkan manajemen gizi, manajer keuangan, psikolog, doker, dan guru bagi anak-anaknya,” jelas Ketua Pembina Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Bogor ini.

Yane menambahkan, beberapa waktu lalu sudah dilakukan percobaan terhadap realisasi Sekolah Ibu di lingkungan masyarakat. Ujicoba itu dilakukan di Kelurahan Katulampa, Bogor Timur. Sebanyak 30 orang ibu-ibu ikut andil bagian dalam program ketahanan keluarga tersebut.

“Saya bersama kelompok kerja merumuskan hal-hal apa yang harus dituangkan ke dalam modul. Dan akhirnya lahirlah 18 materi yang masuk ke dalam modul. Jadi, ini proses pembelajaran sekitar 20 pertemuan, dipercontohan Katulampa, kami melalukan pertemuan seminggu sekali dalam waktu 2 jam. Tenaga pengajar ada 8 orang. Termasuk saya terjun langsung menyampaikan materi,” katanya.

18 materi yang dimaksud Yane Ardian adalah soal urgensi ketahanan keluarga, konsep dasar perkawinan dan fungsi keluarga, kesehatan reproduksi, mengenal otak dan kepribadian manusia dan menggali potensi diri.

Lalu memasuki BAB II, para ibu akan diberikan materi mengenai rumah sehat, manajemen keuangan keluarga, komunikasi efektif suami istri, pertolongan pertama pada keluarga, peningkatan kesehatan kekuarga dan manajemen konflik dan stres.

BAB terakhir, peserta akan diberikan materi mengenai nilai dan pola asuh serta komunikasi dengan anak, komunikasi pada remaja, pembagian peran dalam keluarga, etika berpakaian, lima kunci keamanan pangan hingga keluarga cinta tanah air.

“Awalnya saya berpikir bahwa percontohan ini tidak akan signifikan berpengaruh karena yang terjadi adalah dipertemuan ketiga ada seorang ibu yang datang ke saya dan berbicara beliau mengikuti Sekolah Ibu, tapi dia akan tetap bercerai dengan suaminya. Jadi saya agak sedih juga karena program ini kan untuk menekan angka perceraian,” cerita Yane.

Tak patah semangat, Yane kemudian meminta peserta tersebut untuk tetap mengikuti prosesnya sampai selesai 18 materi. “Akhirnya saya jawab, ibu semuanya keputusan ada ditangan ibu, tapi mohon kiranya ibu bisa menyelesaikan pertemuan ini sampai 18 materi. Dan apa yg terjadi, di materi ke 15, ibu itu bilang tidak jadi bercerai. Terharu sekali saya. Jadi, proses pembelajaran itu tidak bisa instan. Tidak bisa dibuat seminar satu hari. Ini harus secara berkala. Jadi sekolah ibu ini untuk perubahan perilaku seorang ibu untuk meningkatkan ketahanan dalam keluarga,” jelas dia.

Dalam program percontohan Sekolah Ibu di Katulampa, Yane Ardian bersama Walikota Bima Arya Sugiarto sudah mewisuda 30 kaum ibu. Melihat manfaat dari program ini, ia berencana membuat duplikasi Sekolah Ibu untuk diterapkan di 68 keluarahan yang ada di Kota Bogor.

“Saat wisuda kemarin, sebanyak 30 ibu-ibu menangis harus dan berterimakasih. Jadi, saya berpikir ini harus diduplikasi ke 68 keluarahan. Artinya, ada 30 ibu terselamatkan dari perceraian, apalagi jika ini dimasifkan dan dibuat serentak,” terang Yane.

Gayung bersambut, Pemerintah Kota Bogor mendukung program inspiratif besutan Yane Ardian tersebut. Dalam waktu dekat ‘Sekolah Ibu’ ini akan dilaksanakan di seluruh kelurahan. “Jadi program ini bukan karena dibuat oleh saya dan diterima langsung oleh pemerintah. Ada dasar-dasar hukum yang membuat program ini layak menjadi program pemerintah. Apalagi manfaatnya dirasakan betul oleh warga. Ketika kami memulai program tersebut kami mencoba swadaya dan mandiri serta mencari bantuan dari donatur.  Tapi ketika program ini sudah berasa manfaatnya, kami presentasikan kepada pemerintah dan disambut baik oleh Pak Walikota dan jajarannya,” tandas perempuan yang kerap mendapatkan penghargaan dari lintas instansi ini.

Saat ini, kata Yane, tim masih fokus untuk membina tenaga pengajar yang akan memberikan materi di setiap kelurahan. Setiap kelurahan akan ditempatkan dua orang tenaga pengajar, artinya butuh sekira 136 orang guru sukarelawan.

“Untuk guru terbuka untuk umum. Sukarelawan. Bahkan, kemarin salah satu pendaftar ada dari Polwan Bareskrim Mabes Polri. Beliau tertarik menjadi bagian dari Sekolah Ibu karena setiap kasus yang ditanganinya bermula dari kurang pedulinya keluarga,” pungkasnya.

reporterpratama

image_pdfimage_print
Share

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *